Pentingnya Komitmen dalam Meraih Sukses di Bidang IT

Pentingnya Komitmen dalam Meraih Sukses di Bidang IT

Cerita Zianatul Muna, Lulusan SIB Dicoding Cycle 2 yang Kini Bekerja di GMF AeroAsia Berkat Komitmen dalam Belajar Coding.

Selalu ada kisah inspiratif yang mencerminkan tekad dan komitmen seseorang untuk meraih impian. Salah satunya adalah kisah Zianatul Muna (24), perempuan asal Lombok yang bercita-cita menjadi seorang ahli pemrograman. Zian, panggilan akrabnya, tertarik dengan teknologi sejak ia mengotak-ngatik halaman Blogspot di bangku SMA.

Lulus SMA, saya ingin melanjutkan kuliah di bidang Teknik Informatika. Meski sempat diarahkan ke bidang akuntansi, passion saya tetap ke bidang teknologi,” kenang Zian.

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Berkomitmen sejak awal, Zian berhasil masuk ke Universitas Mataram, jurusan Teknik Informatika. Di pertengahan masa kuliahnya, ia merasa bahwa ilmu yang didapatnya masih belum lengkap. Ia pun memutuskan untuk mendaftar ke SIB (Studi Independen Bersertifikat) Dicoding Cycle 2, sebuah program Kampus Merdeka untuk menghasilkan talenta digital andal.

Setelah lulus dari SIB Dicoding, Zian bekerja sebagai System Analyst di GMF AeroAsia, anak perusahaan Garuda Indonesia yang bergerak di bidang maintenance pesawat. Bagaimana kisahnya saat mengikuti SIB hingga akhirnya Zian berhasil bekerja di perusahaannya sekarang? Mari simak bersama!

Putri Seorang Supir yang Bercita-cita Jadi Ahli Teknologi

Putri Seorang Supir yang Bercita-cita Jadi Ahli Teknologi

Meski kini bekerja di salah satu anak perusahaan maskapai penerbangan ternama di Indonesia, perjalanan Zian dalam menggapai mimpi tak semudah membalikkan telapak tangan. Lahir dari keluarga sederhana membentuk tekad Zian sejak dini.

“Saya anak kedua dari empat bersaudara, dan satu-satunya anak perempuan. Ayah saya bekerja sebagai supir pick-up dan kadang bekerja serabutan di bidang las-lasan dan perbaikan barang elektronik, sedangkan ibu saya seorang ibu rumah tangga,” tutur Zian.

Besar di Biletepung, Lombok Barat, pemahaman tentang teknologi tidak begitu berkembang di tempat asalnya. Bahkan, keluarganya sendiri tak terlalu paham tentang dunia digital. “Jadi kadang sulit menjelaskan pekerjaan saya kepada tetangga atau orang-orang di sekitar rumah,” lanjutnya.

Meski demikian, Zian tak pernah merasa terbebani oleh ekspektasi keluarganya. Bahkan, mereka selalu mendukung pilihannya. Meski kakaknya sempat “mendorong” Zian untuk memilih jurusan ekonomi, ia tetap memilih jalannya sendiri untuk berkembang di dunia teknologi. 

“Saya memang sudah tertarik dengan web sejak SMA. Akhirnya, saya merasa bersyukur dengan pilihan yang telah saya ambil.”

Mulanya Mencari Magang, Akhirnya Memutuskan Ikut SIB Dicoding

Mulanya Mencari Magang, Akhirnya Memutuskan Ikut SIB Dicoding

Menginjak kelas dua SMA, Zian mendapatkan tugas untuk membuat sebuah web dengan Blogspot. Inilah yang menjadi batu pijakan pertamanya menuju dunia teknologi. Keterbatasan template yang disediakan Blogspot membuatnya “gatal” untuk mengubahnya.

“Awalnya, saya ingin mengubah tampilan website, mulai dari footer hingga layout-nya, tapi tidak bisa. Dari situ, saya tahu kalau untuk bisa mengubahnya, saya harus belajar coding,” cerita Zian.

Meskipun awalnya terasa sulit, Zian terus mencari tahu. Sempat menyerah karena merasa kalau coding itu susah, ia pun melanjutkan minatnya di kelas 3 SMA. Saat itu, ia harus mulai menentukan jurusan kuliahnya dan hal itu mendorongnya untuk menjelajahi dunia teknologi lebih dalam.

“Jurusan IT, seperti Sistem Informasi dan Teknik Informatika, masuk ke dalam daftar pilihan saya. Saya pun memilih Universitas Mataram karena ada jurusan Teknik Informatika di dalamnya.”

Memulai cerita sebagai mahasiswi Universitas Mataram, perjuangan Zian belum berhenti. Kala itu, ia merasa ilmu teknologinya perlu dilengkapi karena pembelajaran dari kampus masih ada di tingkat dasar. Untuk bersaing di industri teknologi, Zian sempat mencari materi tambahan melalui YouTube.

Pada waktu yang bersamaan, Zian pun tengah mencari posisi magang yang sesuai. Sayangnya, menemukan kesempatan tersebut tanpa dibekali ilmu yang cukup bukanlah hal yang mudah. Oleh karenanya, Zian memutuskan untuk belajar di SIB Dicoding Cycle 2. 

“Program ini membuat saya percaya diri untuk mengalihkan tujuan dari program ke kegiatan belajar mandiri supaya saya lebih siap. Banyak kakak kelas yang juga merekomendasikan Dicoding,” ungkapnya.

Di SIB Dicoding Cycle 2, Zian Berkomitmen untuk Bertumbuh

Di SIB Dicoding Cycle 2, Zian Berkomitmen untuk Bertumbuh

Saat mendaftar ke SIB Dicoding, Zian memilih alur belajar front-end web dan back-end. Alasannya? Ia sudah tertarik dengan dunia web sejak lama. Meski awalnya tidak yakin, Zian percaya bahwa keputusannya tepat. Namun tentu, selalu ada tantangan yang mengujinya.

Awal bergabung dengan SIB Dicoding Cycle 2, Zian merasa bahwa keterampilan komunikasinya masih harus diasah. Ini membuatnya tidak percaya diri dan pasif. Walau mendapatkan pembelajaran dari instruktur dalam bentuk ILT (Instructor-led training), Zian masih merasa ragu untuk bertanya langsung kepada pengajar. 

“Awalnya, saya tidak terlalu aktif pada sesi konsultasi mingguan. Namun, melalui materi-materi tentang soft skills, seperti keterampilan komunikasi dan personal branding, saya mulai menyadari betapa pentingnya hal tersebut di dunia kerja nantinya.”

Dari situ, Zian mulai berlatih sendiri untuk memperbaiki keterampilan komunikasinya. Dengan bantuan teman sekelasnya, Zian memperdalam pemahamannya terhadap materi yang sulit di kelas Dicoding. Tak sekali dua kali ia berdiskusi untuk membahas materi yang menantang. 

Selain keterampilan komunikasi, Zian juga mengalami peningkatan kemampuan teknisnya setelah mengikuti program SIB Dicoding. Banyak keterampilan teknologi yang ia pelajari di kelas Dicoding, tetapi tidak ia dapatkan di kampus atau melalui video di YouTube.

“Saya mulai menguasai banyak hal, termasuk Javascript yang sebelumnya tidak saya pahami sama sekali.” 

Untuk waktu belajar di SIB Dicoding, Zian mengaku bahwa ia menghabiskan 8-10 jam sehari. Tak jarang, ia belajar hingga 12 jam untuk membenahi submission yang dikerjakan.

“Saya cukup rajin dan selalu berkomitmen untuk menyelesaikan target yang ditetapkan setiap minggunya,” ungkapnya.

Menjadi Mentor, Lalu Bekerja Penuh Waktu di Anak Perusahaan Garuda Indonesia

Menjadi Mentor, Lalu Bekerja Penuh Waktu di Anak Perusahaan Garuda Indonesia

Pengalaman Zian sebagai peserta SIB Dicoding tak hanya memperkuat keterampilan teknisnya, tetapi juga membantunya untuk tumbuh sebagai seseorang yang lebih percaya diri dan kompeten dalam berkomunikasi. Ini adalah cerminan dari betapa berharganya pengalaman belajar yang komprehensif dan berorientasi praktik seperti yang ditawarkan oleh SIB Dicoding.

Lulus dari SIB Dicoding, Zian memutuskan untuk mendaftar sebagai mentor di program yang sama. Pada SIB Dicoding Cycle 4 hingga 6, ia menjadi mentor dalam sesi konsultasi mingguan, serta membimbing para mentee dalam mengerjakan submission. Peran tersebut ia tekuni hingga akhirnya menemukan lowongan pekerjaan melalui Instagram di Opencloud PT Jaya Teknologi Internasional yang berkantor di GMF AeroAsia.

“Awalnya, saya melamar di Opencloud sebagai full stack developer melalui email. Namun, setelah mendapatkan tanggapan bahwa posisi tersebut sudah penuh, saya ditawari untuk menjadi seorang System Analyst.”

Dengan pertimbangan yang matang, Zian menerima tawaran tersebut. Wawancara pertama dilakukan melalui email, di mana ia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, mulai dari perkenalan diri hingga ekspektasi gaji. Tak lama setelahnya, ia mendapat undangan untuk wawancara user.

“Di situ, saya berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan teknis terkait desain diagram untuk aplikasi yang pernah dibuat selama kuliah dan belajar di SIB Dicoding. Saya pun menunjukkan apa yang telah dibuat sebelumnya.”

Selang sepuluh menit setelah wawancara user, Zian pun dinyatakan lolos dan mendapatkan offering letter. Keputusan untuk menerima tawaran pekerjaan pun tak diambil dengan gegabah. Zian memastikan bahwa ia benar-benar siap untuk menjadi seorang System Analyst. “Meskipun basic saya adalah developer, banyak skill yang saya gunakan juga dalam posisi ini,” jelasnya.

Di tempat kerjanya saat ini, Zian banyak menerapkan materi terkait Git, Dasar JavaScript, OOP, REST API, terutama dalam Postman API Platform. Sebagai seorang System Analyst, ia bertugas untuk menganalisa, menyusun, dan merencanakan suatu  sistem. Jadi, ia harus paham betul cara membuat sequence atau flow process dalam suatu aplikasi.

“Jangan Malu Bertanya dan Bersikap Proaktif”

Mentor SIB Dicoding 5

Meski sudah bekerja penuh waktu di GMF AeroAsia, Zian tetap meluangkan waktunya untuk menjadi mentor di SIB Dicoding. Dengan menjadi mentor, Zian merasa bahwa ilmu yang pernah ia dapatkan semakin terserap dan mengalami peningkatan, terutama dalam kesehariannya di tempat kerja. 

“Dengan menjadi mentor, saya terus belajar, terutama dalam hal keterampilan komunikasi,” katanya. 

Kesempatan menjadi mentor juga memberikan Zian akses penuh ke berbagai materi di kelas Dicoding selama enam bulan. Baginya, ini adalah kesempatan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Dengan begitu, ia dapat terus mengulang materi-materi soft skills maupun teknikal yang telah dipelajari sebelumnya.

Bahkan, Zian telah meminta izin kepada atasan di tempat kerjanya untuk meluangkan waktu dua jam setiap minggu sebagai mentor di Dicoding. “Saya memanfaatkan waktu WFA (work from anywhere) sebagai jadwal untuk sesi konsultasi dengan peserta SIB Dicoding,” ungkapnya.

Ketika ditanya tips untuk peserta SIB Dicoding, Zian menekankan untuk berani bertanya. Belajar dari pengalamannya, ia menjelaskan bahwa rasa malu dapat menjadi hambatan dalam proses belajar. 

“Jangan ragu untuk bertanya, minimal ke teman sekelas,” kata Zian. “Dengan bertanya, kita dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi dan tidak terjebak dalam kebuntuan.”

Sebagai tambahan, ia juga mengajak para peserta SIB Dicoding agar tidak ragu untuk menggunakan mikrofon, terutama dalam sesi konsultasi mingguan. 

“Sesingkat apa pun itu, berbicara di depan mikrofon dapat melatih kepercayaan diri kita. Dengan berani berbicara, kita dapat menjadi lebih proaktif dalam belajar dan mengembangkan keterampilan komunikasi,” tutupnya.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.