Steven Setiawan, Lulusan Dicoding Full-Stack Engineer di PT. Innovine Studio Indonesia

Karier Berkembang Pasca Belajar di Dicoding

Menurut studi yang dilakukan oleh Global Market Insights, teknologi pada tahun 2024 diprediksi akan diwarnai oleh kemajuan pesat dalam bidang AI. Steven Setiawan (30), seorang full stack developer dengan pengalaman empat tahun, sangat menyadari hal itu. Ia merasa bahwa tren kecerdasan buatan ini akan semakin pesat pada masa mendatang.

“Jika melihat ke depan, AI dan machine learning akan semakin gencar digunakan. Developer harus meng-update ilmunya supaya bisa bertahan di industri ini,” ungkap Steven.

Oleh karena itu, Steven terus memperbarui ilmunya dengan mengikuti berbagai program belajar daring. Dari berbagai pembelajaran intensif yang diikutinya, ia mendapatkan pengetahuan baru tentang ilmu pemrograman. 

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Namun, usaha Steven untuk menjadi talenta digital yang tetap relevan dengan teknologi masa kini tak berhenti sampai di situ. Ia terus mencari cara yang tepat untuk mengasah kemampuannya. Tekadnya tersebut menuntunnya pada Dicoding, tempat ia mengambil beberapa kelas pembelajaran teknologi yang sesuai dengan kebutuhannya.

Senantiasa meluangkan waktu untuk belajar di Dicoding, Steven bertumbuh. Ia menjadi talenta teknologi yang lebih luwes dan memiliki karier yang meningkat.

Bagaimana perjalanan belajar Steven di Dicoding dan apa yang membuat Steven mempercayakan proses bertumbuhnya pada platform ini? Mari kita baca selengkapnya!

Seorang Sulung dengan Tanggung Jawab yang Besar

Seorang Sulung dengan Tanggung Jawab yang Besar

Steven memiliki kisah yang menarik jauh sebelum ia menjadi seorang talenta digital. Lahir dan tumbuh di dua kota besar, Jakarta dan Bogor, Steven memiliki keluarga yang selalu mendukungnya. Hidup berkecukupan, ayah Steven merupakan seorang wiraswasta, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga.

Kehidupan sulung dari tiga bersaudara ini mulanya terasa lengkap, hingga akhirnya sang ayah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Sebagai anak tertua, tanggung jawab besar seketika jatuh ke pundaknya. Ia pun menjadi tulang punggung keluarga.

Tak ada yang lebih Steven inginkan selain melihat keluarganya tetap hidup sejahtera, sebagaimana saat ayahnya masih ada dulu. Ia pun ingin memastikan adik-adiknya mendapatkan pendidikan yang layak. 

Untuk membiayai keluarganya, Steven bekerja sebagai back-end developer di Polytron. Kerja keras Steven berbuah manis saat melihat adik pertamanya lulus studi dan bekerja sebagai management trainee (MT) di Bank BRI. 

Selain itu, Steven pun semakin bersemangat untuk bekerja kala melihat adik bungsunya menunjukkan menunjukkan semangat belajar yang tinggi saat berkuliah di Teknik Informatika, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Steven menjalankan perannya di tempat kerja dengan sepenuh hati karena minatnya yang begitu mendalam pada teknologi. Rupanya, sang mendiang ayah berperan besar dalam hal ini. Meski tidak memiliki ekspektasi khusus untuknya, ayah Steven pernah mengarahkannya untuk berkarier dalam bidang teknologi, melihat prospeknya di masa depan. 

“Ayah dulu sempat berkuliah di Binus pada masa awal berdirinya. Sayangnya, kuliah Ayah nggak sampai selesai. Itulah yang membuat Ayah melihat peluang karier di bidang teknologi,” begitulah ceritanya.

Jatuh Cinta pada Teknologi karena Menyukai Inovasi

Jatuh Cinta pada Teknologi karena Menyukai Inovasi

Sejak kecil, Steven sudah menunjukkan minatnya terhadap problem solving. Ini diawali dengan kesukaannya bermain gim di komputer dan menyelesaikan puzzle. Masuk Sekolah Dasar, ketertarikannya pada problem solving menuntunnya untuk menyukai mata pelajaran Matematika, mengikuti program Aritmatika Indonesia, dan belajar sempoa.

“Kembali ke masa itu, saya akhirnya menyadari kalau coding, matematika, dan problem solving memiliki dasar yang sama,” kenang Steven. 

Alasan inilah yang membuatnya mengambil jurusan S1 Sistem Informasi di Universitas Pradita. Di sana, Steven belajar algoritma dan ilmu dasar coding. Namun, ketika lulus, ia sempat bingung akan prospek kariernya. Bahkan, Steven mengaku bahwa coding adalah hal yang sulit.

“Meski saya suka IT, saya merasa bahwa coding itu rumit. Mungkin karena dulu, saya tidak mendapatkan ilmu yang komprehensif dan berbasis praktik,” ujarnya.

Merupakan pribadi yang senang belajar, Steven sempat menempuh pendidikan master di Universitas Bina Nusantara dan mengambil program Manajemen Bisnis. Setelah lulus, ia berkarier sebagai management trainee di Bank CIMB Niaga. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai jenuh dengan rutinitasnya. “Rasanya monoton,” ungkap Steven.

Ada suatu momen ketika Steven harus melakukan presentasi di depan direksi. Ketika teman-teman sejawatnya mengajukan proyek tentang sistem manual, Steven justru datang dengan “inovasi”.

“Waktu itu, saya mengajukan sebuah sistem otomatis yang dapat mengecek kelengkapan kredit untuk proses analisis. Saya ingin membuat sistem paperless ketika saat itu masih full paper,” katanya.

Meski mendapat lampu hijau di awal presentasi, sayangnya, usulan Steven tidak dibawa lebih jauh. Alasannya karena usulan tersebut terlalu berbau teknologi untuk pengembangan management trainee yang berada di ranah bisnis. Dari situ, HRD perusahaannya mengusulkan agar Steven kembali menekuni bidang teknologi dan bekerja di startup yang lebih dinamis.

Keinginannya untuk berinovasi dan menciptakan sesuatu yang baru pun membawanya ke cinta lamanya, yakni teknologi. Ia menyadari bahwa dunia teknologi adalah tempat yang tepat baginya untuk berkembang dan mewujudkan ide-idenya.

Belajar secara Intensif di Dicoding

Belajar secara Intensif di Dicoding

Sejak terdorong untuk kembali ke dunia teknologi, Steven mulai belajar di berbagai platform pendidikan yang berbeda. Materi yang disampaikan pada platform-platform tersebut cukup untuk seorang pemula, tetapi bagi Steven, terasa masih ada yang “kurang.” Dari situ, ia mencari program lain untuk mengasah kemampuannya.

Pada tahun 2020, Steven menemukan Dicoding lewat rekomendasi akun di Instagram. Iklan-iklannya pun mulai berseliweran sehingga ia tertarik untuk mendaftar. Setelah mendalami lebih lanjut, ia pun berkata, “Inilah yang saya cari!”

Dicoding menjadi jembatan yang menghubungkan teori yang sempat ia pelajari di bangku kuliah dengan praktik nyata di dunia industri. Tak hanya mempelajari konsep-konsep coding, Steven juga mendapatkan arahan yang jelas tentang penerapannya dalam dunia kerja.

“Lewat Dicoding, saya bisa memperdalam beberapa ilmu teknologi untuk menjadi seorang developer andal. Di sini, materinya lebih spesifik, satu per satu, sehingga cocok bagi mereka yang ingin melengkapi kualifikasi pekerjaan di dunia IT,” ungkapnya.

Selama beberapa bulan, Steven belajar secara intensif di Dicoding. Layaknya kepingan puzzle yang mulanya hilang dan kini sudah ada kembali, beberapa kelas dasar seperti “Belajar Machine Learning untuk Pemula” dan “Memulai Pemrograman Dengan Python” menguatkan dasarnya dalam bidang pemrograman. 

“Platform belajar online ini memberikan akses ke materi yang komprehensif dan up-to-date, serta pengajar yang berpengalaman dan profesional,” Steven melanjutkan.

Tentunya, ilmu-ilmu yang diperoleh sangat membantu Steven untuk menajamkan kemampuannya dalam bidang pemrograman. Tak berhenti di situ, dampak belajar di Dicoding pun cukup besar untuk kariernya di masa mendatang.

“Belajar di Dicoding Membantu Saya Naik Level di Karier”

Belajar di Dicoding Membantu Saya Naik Level di Karier

Setelah menuntaskan kelas di Dicoding, Steven pun menapaki industri teknologi dengan lebih percaya diri. Ia mulai bekerja di beberapa tempat dan posisi berbeda, sampai akhirnya menjadi seorang full stack engineer di PT Innovine Studio Indonesia (VIUUM Eyewear), perusahaan yang bergerak di industri pembuatan kacamata, yang berbasis di Jakarta Utara.

Dalam kesehariannya, Steven berkutat dengan front-end development dan back-end development, serta hal-hal yang berkaitan dengan UI/UX. Tak lupa, ia juga harus tetap up-to-date dengan perkembangan teknologi web dan aplikasi saat ini.

Steven menjelaskan bahwa dunia IT saat ini sangat dinamis, jadi seorang talenta digital tidak boleh berhenti belajar. Bahkan, sekarang, sudah ada teknologi AI, seperti Gemini dan ChatGPT, yang menggeser tugas seorang developer dari “pilot” menjadi “co-pilot”.

“Jika diibaratkan, di dalam dunia coding, AI adalah mode ‘auto-pilot’ dalam pesawat. Tugas developer adalah mengawasi dan baru bergerak saat ada turbulensi atau bahaya. Mirip seperti tugas co-pilot saat pilot beristirahat,” kata Steven.

Mau tidak mau, seorang ahli pemrograman harus bisa beradaptasi dengan kondisi ini. Bahkan jika bisa, seorang developer atau engineer harus menjadi seorang “AI developer” atau “AI engineer”. Dibutuhkan landasan kuat untuk masuk ke dunia AI dan Dicoding juga sudah mempersiapkannya dengan merilis kelas “Belajar Dasar AI”.

Kominfo bahkan menunjukkan bahwa teknologi AI dan machine learning akan diterapkan pada berbagai bidang. Developer yang tidak mengikuti perkembangan ini terancam tertinggal. Oleh karena itu, developer masa depan harus adaptif dan mau belajar hal baru untuk tetap relevan di industri ini.

Itulah salah satu manfaat utama belajar di Dicoding yang dirasakan oleh Steven. Dengan mengikuti kelas-kelas yang relevan di Dicoding, ia berhasil menguasai berbagai skill baru yang bahkan membantunya naik level menjadi seorang full-stack developer.

“Setelah belajar di Dicoding, saya semakin luwes dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, bahkan, bisa membantu saya dari seorang back-end developer menjadi seorang full-stack developer.”

5 Tips Sukses Menjadi Talenta Digital

5 Tips Sukses Menjadi Talenta Digital Agar Karier Bertumbuh

Kemampuan yang diperoleh Steven tak hanya memperkaya kompetensinya, tetapi juga membuatnya lebih adaptif dengan kebutuhan industri teknologi yang terus berkembang. 

Menurut Steven, dunia teknologi dikenal dengan variasi requirement yang tinggi dan beragam. Oleh karenanya, seorang back-end developer di suatu tempat dapat memiliki job desc yang berbeda di tempat lain. Dengan skillset yang kaya dan kemampuan untuk beradaptasi, seorang talenta digital dapat bekerja di mana pun, bahkan di luar negeri.

Untuk itu, Steven memberikan beberapa tips bagi mereka yang ingin memperdalam ilmu pemrograman.

  • Jangan Takut Memulai
    Langkah pertama adalah berani memulai. Banyak orang ragu untuk belajar coding karena takut dengan kesulitannya. Namun, Steven membuktikan bahwa rasa takut ini harus dihilangkan.
  • Tetap Gigih dan Pantang Menyerah
    Belajar coding membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Akan ada banyak rintangan dan rasa frustrasi yang muncul. Di sinilah pentingnya untuk tetap gigih dan pantang menyerah.
  • Tingkatkan Rasa Penasaran
    Coding adalah tentang menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, rasa ingin tahu dan mencoba berbagai cara yang berbeda sangatlah penting.
  • Terus Belajar dan Berkembang
    Teknologi berkembang pesat sehingga penting untuk terus belajar dan memperbarui pengetahuan. Ini bisa didapatkan dengan mempelajari materi di Dicoding.
  • Jadikan Coding Menyenangkan
    Belajar coding tidak harus selalu terasa seperti beban. Temukan cara untuk membuat proses belajar menjadi menyenangkan, seperti dengan mengerjakan proyek yang menarik.

Pesan terakhir, Steven menekankan bahwa coding dapat memberikan kepuasan tersendiri dalam diri kita, seperti ketika berhasil menyelesaikan masalah atau bahkan memberikan dampak positif bagi orang lain. “Selalu percaya pada kemampuanmu sendiri,” tutup Steven.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.