Usman Husnan: Santri yang Kini Jadi Kepala Departemen IT

Cerita Usman Husnan, Lulusan Program-Program di Dicoding

Banyak orang berpikir bahwa usia 30 adalah momen ketika kita sudah harus memantapkan hidup. Tak ada lagi arah baru yang dituju, tak ada lagi mimpi baru yang ingin diraih. Namun, Usman Husnan (42) melihat usia 30-annya sebagai titik balik dalam hidupnya.

Putra petani asal Bangkalan, Jawa Timur, ini tak pernah menyangka bahwa usia kepala tiga tersebut akan mengantarkannya pada sebuah dunia baru yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya. Dibentuk untuk menjadi santri, Usman justru melangkah ke dunia IT.

đź’» Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Perjalanan Usman penuh tantangan, tetapi ia punya satu kekuatan: pantang menyerah. Bagaimana Usman berkembang di tengah berbagai keterbatasannya? Mari kita baca cerita lengkapnya.

Sempat Putus Sekolah Setelah Lulus SD

Lahir sebagai anak kelima dari enam bersaudara, Usman tumbuh dalam kondisi yang serba terbatas. Dulu, untuk bisa lanjutkan sekolah dari SD ke SMP saja, Usman belum mampu. Alhasil, selepas lulus SD, Usman sempat putus sekolah selama tiga tahun, sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan ke Pesantren Sidogiri di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

“Pesantren tempat saya sekolah dulu hanya mengajarkan ilmu agama. Saya tidak dapat bekal mata pelajaran lainnya. Terakhir saya belajar mata pelajaran seperti Matematika itu mentok saat SD,” kenangnya.

Meski wawasan yang Usman peroleh sangat terbatas, ia tumbuh sebagai pribadi yang tekun. Terbukti dengan diangkatnya Usman sebagai staf pesantren saat ia menyelesaikan pendidikan di sana. Saat menjadi staf, ia bertugas untuk membantu berbagai keperluan administrasi pondok. Momen itulah yang menjadi awal perkenalan Usman dengan perangkat komputer.

Belajar Coding dari “Menonton” Kolega

Menjabat sebagai staf pondok pesantren membuat Usman pelan-pelan mempelajari cara mengoperasikan komputer. Saat itu, usianya sudah mencapai kepala tiga. Tak banyak orang seusia Usman saat itu masih terbuka untuk belajar hal baru.

Usman tak pernah menyangka bahwa dalam perjalanannya, ia akan masuk ke dunia pemrograman. Semua bermula saat pondok pesantren mempekerjakan seorang kontraktor yang ditugaskan untuk menggarap sebuah aplikasi yang dibutuhkan untuk manajemen pesantren. Sayangnya, kontraktor tersebut tak bisa menyelesaikan kewajibannya.

Hal itu membuat pengurus pesantren senior yang merupakan kolega Usman turun langsung dan membangun aplikasi tersebut dari nol. Kolega Usman itu pun hanya bermodalkan ilmu yang didapatkan dari buku-buku pemrograman yang dibacanya.

“Sembari senior saya ngoding, saya duduk di sampingnya. Nontonin dia aja waktu ngoding. Kadang bantu-bantu problem solving sedikit, tapi lewat ngobrol. Lama-lama, saya tertarik buat belajar secara autodidak,” ungkapnya.

Ia pun menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari aktivitas coding yang dilakukan oleh koleganya. Merasa cukup percaya diri dengan hasil belajar pemrogramannya secara autodidak, akhirnya, Usman memutuskan untuk keluar dari Pesantren Sidogiri.

Belajar di Dicoding dan Targetkan Bintang Lima untuk Submissions

Kembali ke kampungnya di Bangkalan, Usman pun bergabung di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil sebagai seorang staf IT. Saat itu, berkenalan dengan Dicoding melalui program Digital Talent Scholarship Professional Academy (DTS Proa) Android.

Ketika itu, Usman mengakui bahwa ia tidak benar-benar menguasai kelas-kelas Android yang sudah dipelajarinya di Dicoding. Ia lulus dengan nilai seadanya. Submission yang dikerjakannya pun hanya berbuah bintang tiga.

Selain itu, Usman melihat bahwa hasil coding-nya untuk aplikasi pondok pesantren yang ia bangun “kotor.” Ia mengaku bahwa hasil coding yang tidak rapi itu pasti akan menyulitkannya jika harus menengok kode tersebut setahun kemudian. Hal itu membuat Usman bertekad untuk belajar sungguh-sungguh di Dicoding.

Oleh karenanya, saat Dicoding kembali membuka program beasiswa yang bekerja sama dengan Lintasarta, Usman belajar sungguh-sungguh. Ia tak ingin mengurangi kesalahan yang sama. Padahal waktu itu, dia sudah berkeluarga dan memiliki kesibukan. Komputer yang dipakainya pun hanya PC tua dengan prosesor Pentium. 

“Saya selalu mengusahakan submission saya dapat bintang lima supaya saya benar-benar dapat ilmu dari kelas yang saya pelajari,” ucapnya.

Tekadnya pun berbuah hasil yang memuaskan. Ia berhasil menamatkan program yang diikutinya, benar-benar memahami materi yang dipelajarinya di Dicoding, dan memperoleh bintang lima pada berbagai submission yang ia kerjakan.

Menjadi Ketua Departemen IT di Pondok Pesantren

Jika dulu Usman tak terbuka untuk belajar hal baru di usianya yang ke-30, ia tak akan mungkin bisa menjabat sebagai Ketua Departemen IT di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil. 

Tak hanya itu, ia pun sukses menghasilkan dua aplikasi yang sangat dipakai di lingkungan madrasah tersebut. Aplikasi pertama adalah aplikasi yang digunakan oleh pengurus untuk manajemen pondok pesantren dan kesantrian serta aplikasi kedua adalah aplikasi yang digunakan oleh wali santri dalam memantau perkembangan putra-putrinya di pondok pesantren.

Selain itu, ayah dari empat orang anak ini pun sekarang melakukan pengaderan di pesantren agar ia memiliki penerus. Orang-orang yang tertarik untuk mengikuti jejak Usman adalah para santri dan pengurus junior.

“Saya pun kini tergabung dalam Dicoding Elite. Alasan saya bergabung adalah karena saya merasa dunia teknologi selalu berkembang. Saya rasa, bergabung dengan Dicoding Elite dapat membuat saya tak ketinggalan apa pun di bidang ini,” ungkapnya.

Dari Usman, kita belajar bahwa latar belakang pendidikan dan usia tak boleh menjadi penghalang untuk bertumbuh. Pada para calon talenta digital, Usman memiliki sebuah pesan.

“Jangan pernah patah semangat karena apa pun bisa kita raih asal kita mau berusaha. Meski usaha kita sebagai orang-orang dari non-IT harus ekstra agar bisa masuk ke bidang ini, jangan menyerah. Siapa yang bersungguh-sungguh, pasti berhasil,” tutup Usman.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.