Tak ada Mimpi yang Terlalu Tinggi

Cerita Aditya Purnama, Buruh Tekstil yang Raih Mimpinya Jadi Android Engineer

Dalam meraih mimpi, setiap orang punya jalannya masing-masing. Ada yang mulus sampai tujuan, ada pula yang terjal. Bagi Aditya Purnama (27) jalan yang kedua pas menggambarkan lika liku perjuangannya. 

Aditya memulai kariernya sebagai seorang buruh di pabrik tekstil di Kabupaten Bandung. Sekian lama bertugas menggambar ulang pola pada kain, selama itu Aditya memendam keinginan memberikan penghidupan layak bagi keluarganya. Ia sadar betul, sebagai seorang anak laki-laki tertua, Aditya memikul tanggung jawab besar di pundaknya. 

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Berhenti Kuliah, Lalu Kerja sebagai Buruh Tekstil

Aditya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Adiknya yang pertama baru saja lulus SMA, sedangkan adiknya yang bungsu masih berseragam putih biru. Ayah Aditya bekerja sebagai seorang satuan pengamanan di sebuah pabrik tekstil di Kabupaten Bandung, yakni PT. Kahatex. Ibunya pernah bekerja sebagai buruh di pabrik yang sama, tetapi kemudian memutuskan untuk keluar dan menjadi seorang ibu rumah tangga.

Ayah Aditya menginginkan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, beliau senantiasa membiayai sekolah putra-putrinya, termasuk Aditya yang saat itu melanjutkan studi Bahasa Inggris di STBA.  Sayangnya, Aditya tidak menaruh hati pada bidang satu ini. Merasa bukan passion-nya, Aditya memilih untuk berhenti kuliah.

Keterbatasan biaya yang orang tua Aditya miliki membuat Aditya tidak bisa dengan mudah berganti program studi atau kampus sesuai dengan keinginannya. Mau tidak mau, ia harus bekerja dan menabung, supaya nanti bisa berkuliah kembali. Saat itu, kesempatan kerja yang bisa Aditya peroleh dengan ijazah SMA-nya adalah menjadi buruh tekstil di pabrik tempat kedua orang tuanya bekerja.

“Di pabrik tekstil, saya bekerja sebagai seorang Tracer Designer yang bertugas untuk menggambar ulang pola agar dapat diaplikasikan pada kain.”

Dari peluhnya bekerja dari pagi hingga malam, Aditya mendapatkan penghasilan yang “pas” setara UMR untuk kehidupannya sebulan serta membantu keluarga seadanya. Setahun menjalani rutinitas kehidupan seorang buruh pabrik, ia sering bergumam dalam hati, “Apakah masa depanku akan selalu seperti ini?” Ia merasa ia bisa berusaha lebih demi masa depan yang lebih cerah untuk keluarganya. Proses pencarian tujuan hidup itu berlangsung beberapa lama sehingga ia mantap ingin berubah. 

Ingin Dalami Android Karena Masa Depan yang Menjanjikan

Harapan orang tuanya adalah agar Aditya bisa membimbing adik-adiknya menjemput masa depan yang lebih cerah. Ayah dan ibunya mendorong Aditya untuk menemukan impian sejatinya. Pencarian Aditya berakhir saat ia menemukan sebuah video pemrograman Android di YouTube. Aditya yang belum punya pengetahuan apa-apa soal Android mencoba menonton habis video tersebut meski tidak mengerti sama sekali.

Namun, ada satu hal yang Aditya tangkap dari video yang ditontonnya. Ia menyadari bahwa smartphone adalah perangkat yang paling mudah diakses oleh semua orang. Ia menerawang tentang betapa dicarinya skill-nya nanti jika ia mendalami bidang teknologi satu ini. Berniat untuk mengenal dunia Android lebih dekat, akhirnya Aditya memutuskan untuk membeli sebuah buku tentang pemrograman Android dasar.

Aditya yang benar-benar tidak memiliki latar belakang di bidang teknologi, tak mampu memahami isi buku yang dibelinya. Hal ini mendorong Aditya untuk mengambil keputusan berkuliah di Sekolah Tinggi Teknologi Bandung, jurusan IT. Ia berharap, dengan belajar secara formal di bidang teknologi, Aditya bisa memiliki dasar ilmu IT yang cukup kuat.

Sadar bahwa kembali melanjutkan studi di perguruan tinggi membutuhkan biaya, Aditya tetap bekerja sebagai buruh tekstil sampai tabungannya cukup. Setelah 2,5 tahun bekerja di pabrik, Aditya kemudian memutuskan untuk keluar agar bisa fokus memulai kembali studinya di kampus pilihannya. Berbekal uang tabungannya yang seadanya, Aditya berharap dapat melanjutkan kuliah sambil mencari pekerjaan baru yang bisa ia tekuni.

Pinjam Laptop Teman untuk Belajar

Aditya memulai babak baru dalam hidupnya sebagai seorang Mahasiswa IT. Ia menggunakan uang tabungan hasil kerjanya sebagai buruh untuk merakit komputer dengan spesifikasi seadanya dan membiayai kebutuhan kuliahnya sehari-hari.

Seiring berjalannya waktu, Aditya menemukan kesulitan baru. Ia tak kunjung mendapatkan pekerjaan yang bisa ia tekuni sembari berkuliah. Alhasil, tabungannya tidak kunjung bertambah dan Aditya khawatir tidak bisa membayar kebutuhan kuliah di semester berikutnya. Akhirnya, ia harus menjual komputer rakitannya tersebut..

“Karena sudah nggak punya komputer lagi, saya pinjam laptop ke teman-teman untuk belajar. Untungnya, saya punya teman-teman yang sangat baik. Mereka mengizinkan saya bawa pulang laptop tersebut.”

Memasuki semester 3, tabungan Aditya semakin menipis. Untuk bisa menambah penghasilan, Aditya menggunakan uang hasil penjualan komputernya untuk memulai usaha kecil-kecilan berjualan sepatu. Sayangnya, bisnis tersebut tidak berjalan mulus. Usahanya merugi dan modal Aditya habis tak tersisa. Ia pun kebingungan untuk membayar kebutuhan kuliah di semester 4 nanti.

Belajar di Dicoding agar Mahir di Bidang Android

Saat memasuki semester 4, Aditya mulai kenal Dicoding lewat Instagram. Melihat Dicoding dapat menjadi sumber pembelajaran teknologi terbaik yang bisa mematangkan kemampuannya, Aditya memutuskan untuk ikut salah satu program beasiswa yang bekerja sama dengan Lintasarta. Ia berhasil diterima di program tersebut dan mengikuti proses belajar di Dicoding dengan menggunakan laptop pinjaman temannya.

“Karena ilmu yang saya peroleh hanya sampai tingkat fundamental, akhirnya saya mutusin buat nabung. Saya pengen bisa ikut kelas berbayar Dicoding suatu hari nanti, supaya skill Android saya bisa sampai ke tingkat mahir. Saya cari uang tambahan dengan bantu proyek teman.”

Apa daya tabungan tak cukup, Aditya pun mencari peluang belajar gratis lainnya. Akhir tahun 2020 lalu Dicoding mengumumkan pembukaan pendaftaran program Bangkit yang diinisiasi oleh Google dan beberapa industri ternama seperti GoTo dan Traveloka. Melihat bahwa Bangkit memberikan beasiswa belajar Android hingga ke tingkat mahir di Dicoding secara gratis, Aditya ingin ikut serta. Hal lain yang membuat Aditya semakin tertarik untuk mendaftar adalah keberadaan instruktur yang merupakan ahli di bidangnya.

Ingin agar sang putra dapat belajar secara maksimal di Bangkit, ibu Aditya sampai mencari pinjaman uang demi membelikan laptop berkapasitas cukup untuk Aditya. Yang terpenting bagi ibu Aditya adalah kesuksesan putranya belajar di Bangkit agar bisa menjemput masa depan yang lebih baik.

Lulus dari Bangkit dengan Predikat Distinction dan Dapat Peluang Kerja

Perjuangan sang Ibu dan doa dari keluarganya membawa berkah untuk Aditya yang gigih berusaha. Setelah menempuh lebih dari 900 jam di alur belajar Mobile Development (Android), Aditya berhasil lulus dengan predikat distinction. Artinya, ia termasuk 10% terbaik dari lulusan Bangkit tahun lalu. Prestasinya ini diperoleh karena ia berkomitmen untuk ikut program tersebut dengan baik dan tak mau menyia-nyiakan perjuangan kedua orang tuanya. Tidak hanya sampai di situ, prestasi belajar Aditya pun membuatnya mendapatkan beasiswa dari kampus, sehingga tidak perlu membayar biaya kuliah di semester 7 dan 8.

Setelah memperoleh sertifikat belajar dari Bangkit, Aditya segera mengunggahnya ke LinkedIn. Hal ini membuat Aditya dihubungi oleh rekruter sebuah bank swasta di Jakarta selepas lulus dari STT Bandung. Ia diminta untuk melamar posisi Android Engineer di Amar Bank. Karena menjadi seorang pengembang Android adalah salah satu cita-citanya, Aditya langsung menerima tawaran tersebut.

“Waktu jalanin tes kemampuan, saya ngerasa kalau saya dulu cuma belajar secara autodidak dan nggak belajar di Dicoding, saya nggak mungkin diterima di bank tersebut.”

Namun pada kenyataannya, Aditya berhasil meraih posisi Android Engineer di Amar Bank yang berbasis di Jakarta. Kini ia bertugas untuk mengelola dan mengembangkan fitur yang ada pada aplikasi mobile banking milik Amar Bank yang bernama Senyumku.

Ia merasa bahwa pengetahuan yang didapatnya dari Bangkit dan Dicoding sangat berguna untuk mengerjakan tugas-tugas yang mesti ia selesaikan sebagai seorang pengembang Android. Aditya mengaku memperoleh ilmu fundamental yang cukup kuat. Selain itu, pelatihan soft skills yang ia peroleh juga membantunya dalam berkomunikasi dan bekerja sama dengan tim.

“Tak ada Mimpi yang Terlalu Tinggi”  

Pekerjaan yang Aditya peroleh sekarang membuatnya bisa meringankan beban kedua orang tua dalam membiayai kebutuhan keluarga. Selain itu, Aditya pun dapat membantu sang ibu mencicil uang pinjaman yang pernah digunakannya untuk membeli laptop dulu. 

Berhasil menjadi seorang pengembang Android membuat Aditya punya cita-cita lebih tinggi lagi. Ia ingin suatu hari nanti bisa berkarier sebagai seorang Mobile Engineer di sebuah perusahaan teknologi di luar negeri. Oleh karena itu, saat ini, sembari mengasah kemampuan teknikal yang ia punya, Aditya pun sedang memantapkan bahasa Inggrisnya.

Meski jalan yang dilewatinya amat berliku, Aditya tetap tegar menjalani setiap proses kehidupannya, karena ia selalu fokus pada tujuan yang ingin ia capai. Baginya, sesulit apapun tantangan yang ia hadapi, cita-cita dan pengorbanan orang tuanya selalu menguatkannya.

“Tak ada mimpi yang terlalu tinggi, jika kita kerja keras mewujudkannya. Perjuangan saya dimulai dari meminjam laptop dan seragam pabrik. Saya tak akan lupa.”

Baca cerita inspiratif alumni Bangkit lainnya:

  1. Bintang Fathur Rahman – Bangkit: Quest dalam Game yang Harus Ditaklukkan
  2. Dicky Satriawan – “It’s About Giving Back”
  3. Reza Albian Jawas – Penjaga Warnet yang Jadi Pengembang Aplikasi

Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.