Strategi Migrasi Cloud: Teknik dari AWS

Strategi Migrasi Cloud: Teknik dari AWS

Mungkin kamu tertarik untuk bermigrasi ke layanan cloud dari AWS, namun strategi migrasi cloud apakah yang tepat? Bagaimana jika kamu mempunyai existing beban kerja di data center on-premise atau sudah memulai perjalanan cloud tanpa sebelumnya menggunakan AWS? Proses migrasi ke cloud bukanlah suatu hal yang instan. Tak bisa hanya sekadar menjentikkan jari dan boom! Secara ajaib semuanya berjalan di AWS. Tentu, kamu memerlukan upaya dan keahlian ekstra untuk melakukan proses migrasi.

Agar proses tersebut terlaksana dengan baik, sebuah tim khusus diperlukan untuk melibatkan banyak pegawai dari departemen yang berbeda. Setiap posisi pada suatu perusahaan akan memiliki peran dan perspektif yang berbeda terkait proses migrasi cloud. Misalnya, seorang developer tentu akan mempunyai sudut pandang yang berlainan dibandingkan dengan arsitek cloud, analis bisnis, dan analis keuangan. Perbedaan perspektif ini bukanlah masalah. Justru yang terpenting adalah kamu perlu memastikan setiap orang di dalam tim memiliki tujuan yang sama, yakni keberhasilan migrasi cloud.

 

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Gunakan kerangka kerja (framework) yang tepat

Oke, berangkat dari kasus tersebut, timbul satu pertanyaan di benak kamu, “Semoga anggota tim sudah siap. Bagaimana agar proses migrasi cloud ini dapat berjalan sukses?” Jangan khawatir! Tim layanan profesional AWS telah menciptakan AWS Cloud Adoption Framework (AWS CAF). Fungsinya untuk memberikan kamu panduan agar proses migrasi ke AWS menjadi lebih cepat dan lancar.

Framework atau kerangka kerja tersebut membagi panduan menjadi 6 area yang disebut dengan perspektif. Masing-masing perspektif meliputi tanggung jawab dari kelompok yang berbeda. Secara umum, ia mencakup perspektif Business, People, dan Governance berfokus pada kemampuan bisnis. Lalu, perspektif Platform, Security, dan Operations berfokus pada kemampuan teknis.

Agar dapat memahami lebih jelas, mari kita uraikan setiap perspektif tersebut:

  1. Business (Bisnis)
    Perspektif ini membantu kamu untuk beralih dari strategi yang semula memisahkan antara bisnis dan IT menjadi model bisnis yang mengintegrasikan strategi IT.

  2. People (Orang)
    Perspektif ini dapat membantu kamu dalam mempersiapkan tim dengan memperbarui skill staf dan proses organisasi untuk migrasi cloud. Perspektif ini juga membantu dalam memprioritaskan pelatihan, kepegawaian, dan perubahan organisasi.

  3. Governance (Tata Kelola)
    Perspektif Governance berfokus pada mengintegrasikan IT Governance (Tata Kelola IT) dengan Organizational Governance (Tata Kelola Organisasi). Perspektif ini juga memberikan panduan untuk mengidentifikasi dan menerapkan praktik terbaik untuk IT Governance serta mendukung proses bisnis dengan teknologi. Kamu juga dapat menggunakan perspektif Governance untuk memahami cara pembaruan keterampilan staf dan proses yang diperlukan untuk memastikan Business Governance (Tata kelola Bisnis) di cloud.

  4. Platform
    Perspektif Platform dapat membantu kamu untuk merancang, menerapkan, dan mengoptimalkan arsitektur teknologi AWS berdasarkan sasaran bisnis. Ia juga bisa memberikan panduan strategis untuk desain, prinsip, layanan, dan kebijakan yang akan kamu gunakan untuk menentukan infrastruktur AWS. Selain itu, perspektif ini juga mencakup prinsip dan pola yang berguna untuk mengimplementasikan solusi baru atau migrasi beban kerja on-premise ke cloud.

  5. Security (Keamanan)
    Perspektif Keamanan akan memastikan organisasi/perusahaan kamu memenuhi tujuan keamanan untuk visibilitas, kemampuan audit, kontrol, dan ketangkasan (agility).

  6. Operations (Operasi)
    Perspektif Operasi dapat membantu kamu dalam mengaktifkan, menjalankan, menggunakan, mengoperasikan, dan memulihkan beban kerja IT ke tingkat yang disepakati dengan business stakeholder (pemangku kepentingan bisnis). Wawasan yang diperoleh melalui perspektif ini akan menentukan prosedur operasi kamu serta mengidentifikasi perubahan proses dan pelatihan supaya terwujudlah adopsi cloud yang sukses.

 

Tahukah kamu bahwa artikel ini diambil langsung dari salah satu sub-modul pada kelas Cloud Practitioner Essentials (Belajar Dasar AWS Cloud) yang disusun oleh tim expert Dicoding bersama praktisi industri dan divalidasi oleh tim dari AWS (Amazon Web Services)?

Saat ini, AWS menyediakan kelas berbahasa Indonesia di bidang Back-End Developer dan disediakan secara GRATIS melalui program beasiswa Cloud and Back-End Developer Scholarship Program. Beasiswanya untuk umum, tanpa syarat, dan sepenuhnya gratis. Untuk dapat cukup daftar dan isi formulir pendaftaran singkat di aws.dicoding.com. Setelah daftar, pasti dapat!

100.000 Beasiswa untuk Indonesia dari Amazon Web Services

 

6R sebagai strategi migrasi cloud

Setelah kita belajar beberapa kerangka kerja yang dapat membantu kamu dalam mempersiapkan proses migrasi ke AWS, sekarang mari kita lihat bagaimana cara implementasinya. Saat kamua sudah yakin untuk bermigrasi ke AWS, pilihlah opsi strategi migrasi di antara 6 R yang paling sesuai menurut waktu, biaya, prioritas, dan kekritisan beban kerja. Mari kita jabarkan 6 R satu per satu:

  1. Rehosting
    Rehosting juga dikenal sebagai lift and shift (angkat dan pindahkan). Opsi ini mudah dilakukan karena kamu tak perlu membuat perubahan apa pun. Cukup pindahkan aplikasi yang kamu miliki ke AWS. Dengan rehosting, kamu bisa menghemat hingga 30% dari total biaya walaupun tidak ada pengoptimalan apa pun pada aplikasi. Aplikasi akan lebih mudah untuk dioptimalkan setelah ia berjalan di cloud. Ini karena kemampuan kamu dalam menggunakan AWS akan semakin berkembang seiring proses migrasi cloud dan bagian yang sulit–migrasi aplikasi, data, dan traffic–telah selesai sehingga kamu bisa fokus untuk mengoptimalkan aplikasi.

  2. Replatforming
    Strategi migrasi yang satu ini disebut juga dengan lift, tinker, and shift (angkat, perbaiki, dan pindahkan). Pada dasarnya, opsi ini masih berupa lift and shift namun kamu dapat melakukan beberapa pengoptimalan cloud. Dalam strategi ini, kamu tak akan mengubah arsitektur inti (core architecture) apa pun pada proses migrasi aplikasi. Sebagai contoh, kamu dapat mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengelola database instance dengan bermigrasi ke platform database-as-a-service seperti Amazon Relational Database Service (Amazon RDS). Atau, kamu dapat memigrasikan aplikasi ke platform yang dikelola sepenuhnya seperti AWS Elastic Beanstalk.

  3. Retiring
    AWS menemukan bahwa sebanyak 10% hingga 20% dari portofolio IT perusahaan menyertakan aplikasi yang tak lagi digunakan dan bisa dimatikan. Maka dari itu, hapuslah aplikasi yang tidak lagi kamu butuhkan. Penghematan semacam ini dapat memberikan beberapa keuntungan, seperti meningkatkan business case (kasus bisnis), memfokuskan tim terhadap aplikasi yang digunakan, dan mengurangi jumlah aplikasi yang harus dikelola.

  4. Retaining
    Saat hendak melakukan migrasi ke AWS, mungkin kamu memiliki beberapa aplikasi yang akan segera deprecated (dihentikan). Tetapi, aplikasi tersebut masih perlu digunakan selama beberapa waktu. Nah, daripada memindahkan aplikasi tersebut ke AWS, sebaiknya hanya memigrasikan aplikasi yang sekiranya masuk akal dan berguna untuk bisnis.

  5. Repurchasing
    Strategi migrasi ini umum terjadi pada perusahaan yang ingin meninggalkan vendor perangkat lunak lama dan memulai yang baru. Oke, mungkin ini terdengar bagus. Tapi ingat! Kamu akan berurusan dengan software package (paket perangkat lunak) yang baru. Beberapa di antaranya mudah diimplementasikan tetapi ada juga yang membutuhkan waktu. Oleh karena itu, total biaya di muka untuk strategi ini akan naik, tetapi potensi manfaatnya bisa sangat besar.

  6. Refactoring/re-architecting
    Pada opsi inilah kamu menulis kode yang baru. Hal ini didorong oleh kebutuhan bisnis yang kuat untuk menambahkan fitur, skala, atau kinerja yang mungkin sulit diraih pada data center on-premise. Perubahan dramatis pada arsitekturmu bisa sangat bermanfaat. Namun, akan menimbulkan biaya awal yang paling tinggi dalam hal perencanaan dan usaha migrasi.

Oke. Itulah 6 strategi migrasi yang dapat kamu terapkan untuk migrasi ke AWS. Pilihlah opsi yang tepat demi suksesnya proses migrasimu.

Strategi Migrasi Cloud: Teknik dari AWS – end 

Baca juga artikel pilihan berikut ini :

  1.  Cloud and Back-End Developer Scholarship Telah Dibuka.
  2.  Dasar Komputasi Cloud di AWS untuk Developer Pemula
  3.  Apa itu komputasi cloud? Penjelasan dari AWS

Dibuka Pendaftaran Cloud and Back-End Developer Scholarship Program untuk 100.000 peserta umum


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.