Lulus Coding Camp Bentuk Keyakinan Habibi untuk Melangkah di Dunia Teknologi

Cerita Habibi Ahmad Aziz, Lulusan Coding Camp powered by DBS Foundation

Tak seperti anak-anak lainnya yang sudah mengenal komputer sejak SD, perkenalan Habibi Ahmad Aziz (17) dengan teknologi tak terlalu dini. Kondisi ekonomi keluarga adalah alasannya. Ia baru mendapatkan kesempatan untuk “bersentuhan” dengan teknologi saat duduk di kelas 9 SMP.

Meski tak sedini kebanyakan kawan-kawan sebayanya dalam mengenal dunia digital, Habibi berhasil membuktikan kesungguhannya untuk menjadi talenta informatika saat bersekolah di SMKN 1 Karawang, jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Selain itu, Habibi pun mzemperkaya wawasannya dengan belajar dalam program Coding Camp powered by DBS Foundation.

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Hasilnya? Habibi sukses raih banyak hal. Bagaimana perjalanan Habibi dalam mengasah keterampilannya pada bidang teknologi? Mari kita baca cerita lengkapnya!

Terinspirasi dari Sang Ayah dalam Hal Kerja Keras

Saat ditanya mengenai siapa yang paling menginspirasinya dalam hal ketekunan dan kerja keras, Habibi Ahmad Aziz akan menjawab “ayahnya.” Di mata Habibi, ayahnya adalah sosok luar biasa. Pensiunan salah satu badan usaha milik negara (BUMN) yang kini menginjak 68 tahun dan bekerja sebagai buruh lepas ini berhasil membesarkan kelima anaknya, termasuk Habibi.

“Ayah adalah pejuang yang tidak pernah menyerah. Bahkan ketika kesehatannya mulai menurun karena usia, beliau tetap bekerja demi kami,” ungkap Habibi.

Ibu Habibi sebagai seorang ibu rumah tangga juga mengajarkan Habibi nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan kepedulian sosial. “Kami selalu diajarkan untuk tidak bermalas-malasan, menghargai waktu, dan menepati janji. Itu semua membentuk karakter saya sampai hari ini,” ujarnya.

Meski sejak kecil tertarik pada dunia teknologi, keluarga Habibi belum mengenalkannya lebih jauh karena dulu, Habibi masih terlalu muda dan memiliki keterbatasan finansial. Baru saat duduk di kelas 9 SMP, ketika ia harus menentukan jenjang pendidikan selanjutnya, benih minat itu mulai tumbuh.

“Sempat ingin lanjut mondok di pesantren, saya akhirnya memilih masuk SMKN 1 Karawang karena peluang kerjanya lebih terbuka,” jelas Habibi.

Diterima dalam Program Coding Camp powered by DBS Foundation serta Magang

Di SMK, Habibi memilih jurusan RPL meski saat itu, ia belum tahu apa itu pemrograman. Namun, keputusan itu menjadi titik balik penting dalam hidupnya.

“Saya mulai belajar dari nol, mencari tahu tentang dunia coding, dan ternyata sangat menarik. Dunia teknologi itu sangat luas dan menantang,” ujarnya.

Langkah Habibi kian jauh ketika ia menemukan informasi tentang Coding Camp powered by DBS Foundation melalui LinkedIn. Meski awalnya ragu untuk mendaftar karena belum diumumkan dalam media sosial resmi Dicoding sebagai penyelenggara program, rasa penasarannya kian besar.

“Saya langsung mendaftar. Ternyata itu keputusan yang sangat tepat,” kenang Habibi.

Di Coding Camp, Habibi memilih alur belajar Front-End & Back-End Developer. Pada saat bersamaan, ia juga diterima sebagai Web Developer Intern di CV SmartPlus Indonesia. “Saya sempat ragu, takut enggak bisa bagi waktu. Tapi saya lihat ini sebagai dua peluang emas yang harus saya ambil.”

Capstone Project yang Habibi dan Tim Garap Berhasil Masuk Jajaran Top 15

Babak baru dalam hidup Habibi dimulai. Ia mesti belajar penuh waktu di Coding Camp sambil menjalani magang di perusahaan teknologi. Sebagai seorang Web Developer Intern, Habibi bertugas membangun web pembelajaran online, meski harus belajar teknologi baru, seperti PHP dan Laravel dari nol.

“Awalnya saya merasa tidak siap, tapi saya jadikan ini tantangan untuk berkembang. Saya banyak latihan sendiri dan minta feedback dari mentor,” ujarnya.

Meski mesti menjalani proses di Coding Camp sembari magang, Habibi mengaku bahwa salah satu momen paling berkesan baginya dalam program pelatihan dari DBS Foundation ini adalah saat mengerjakan capstone project bersama tim dari berbagai daerah. 

Habibi dan timnya membangun CultureConnect, sebuah platform berbasis AI untuk membantu wisatawan menemukan pengalaman budaya lokal yang autentik.

“Komunikasi awal cukup sulit karena belum saling kenal. Namun, kami terus bangun kepercayaan dan akhirnya berhasil masuk jajaran 15 tim terbaik,” ungkap Habibi dengan bangga.

Habibi bercerita bahwa CultureConnect dibangun dengan teknologi modern, seperti React, Express, Python, dan Prisma. Tantangan teknis seperti bug, keterbatasan platform deployment, hingga kendala komunikasi menjadi bagian dari proses pembelajaran yang berharga. 

“Kami belajar banyak, bukan cuma soal coding, tapi juga soal empati, kerja sama, dan manajemen tim.”

Coding Camp powered by DBS Foundation Bekali Habibi dengan Pola Pikir Profesional

Selain aspek teknis, Habibi juga terkesan dengan sesi instructor led training (ILT) bahasa Inggris bersama native speaker di Coding Camp. “Pengalaman ini membuka wawasan saya tentang pentingnya komunikasi global, apalagi di dunia teknologi.”

Coding Camp menurut Habibi bukan hanya tempat belajar, tetapi juga titik balik dalam pengembangan dirinya. Ia belajar manajemen waktu, konsistensi, hingga menjaga semangat belajar di tengah tekanan. “Tantangan terbesar saya adalah menjaga fokus saat lelah dan tetap disiplin. Tapi dari situ, saya merasa berkembang, jadi lebih tangguh, dan profesional.”

Ilmu yang ia peroleh langsung terasa manfaatnya di tempat magang. Mulai dari materi Git & GitHub untuk kolaborasi tim, pengembangan web menggunakan JavaScript modern, hingga integrasi REST API. “Semua yang saya pelajari langsung saya terapkan di pekerjaan saya. Saya merasa siap menghadapi tantangan dunia kerja,” ungkap Habibi.

Ke depan, Habibi ingin terus berkembang di dunia teknologi, khususnya dalam bidang web development. Ia sadar bahwa industri ini sangat dinamis dan membutuhkan pembelajar seumur hidup. 

“Saya ingin terus belajar, memperluas relasi, dan suatu hari nanti membagikan ilmu saya pada orang lain. Harapan saya, saya bisa bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk banyak orang,” ucapnya.

Pengalaman Habibi menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk bermimpi besar. Dengan semangat belajar tinggi, keberanian mencoba hal baru, dan keteguhan karakter yang dibentuk sejak kecil, ia berhasil membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil yang konsisten.

“Coding Camp powered by DBS Foundation memberi saya lebih dari sekadar ilmu. Program ini membekali saya dengan kesiapan mental, keterampilan teknis, dan pola pikir profesional. Saya jadi lebih percaya diri, lebih terarah, dan semakin yakin untuk melangkah di dunia teknologi,” tutup Habibi.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.