Cerita Fazza Razaq Amiarso, Lulusan Program-Program di Dicoding
Bermimpi jadi programmer andal tanpa harus kuliah? Fazza Razzaq Amiarso (23) membuktikkan bahwa itu bukanlah hal yang tidak mungkin. Fazza sendiri merupakan lulusan Dicoding yang kini sukses menjadi Software Engineer di WidaTech. Belum pernah mengenyam bangku kuliah membuktikan bahwa jalur non-formal juga bisa mengantarkan seseorang pada puncak karier.
Berbekal rasa penasaran sejak kecil dan keyakinan akan kemampuan otodidak, Fazza menapaki jalannya sendiri. Ia menolak anggapan bahwa gelar sarjana adalah satu-satunya tiket menuju kesuksesan di dunia teknologi, sebuah pandangan yang ia peroleh dari para profesional di luar negeri.
đź’» Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangTertarik pada Teknologi karena Penasaran Cara Kerja Segala Sesuatu
Fazza sudah tertarik pada teknologi sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Rasa penasarannya terhadap cara kerja berbagai hal mendorongnya untuk mengikuti kompetisi robotika bersama sekolahnya. Ketertarikan ini terus berkembang, dan saat SMA, ia mulai mendalami dunia pemrograman setelah melihat video YouTube tentang pengembangan web.
“At that moment, aku merasa amazed bahwa kita bisa membuat sesuatu out-of-nothing, cukup dengan syntax dan komputer,” ujarnya.
Namun, jalannya tak selalu mulus. Sempat mengalami burnout, Fazza pernah kehilangan minat. Titik balik terjadi ketika ia menyadari bahwa aplikasi dan sistem yang ia buat bisa memberikan dampak positif bagi kehidupan orang lain. Kesadaran inilah yang memberinya semangat untuk terus maju, sebuah tujuan yang ia pegang teguh hingga kini.
Fazza Memilih Jalur Non-Formal dengan Penuh Keyakinan
Setelah lulus dari SMA, Fazza sebenarnya berencana untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Namun, pandemi COVID-19 membuatnya memiliki banyak waktu luang dan ia memutuskan untuk fokus pada pengembangan diri, termasuk mempelajari pemrograman secara mandiri.
Saat itu, pandangan bahwa kuliah tidak relevan untuk menjadi programmer tumbuh. Hal itu dipengaruhi oleh exposure-nya terhadap komunitas dan para insinyur di luar negeri yang mengutamakan kemampuan praktis di atas gelar.
“Saya juga melihat trend di luar negeri, di mana banyak sekali yang switch career dari major yang sangat berbeda dengan software engineering atau computer science dan mereka menjadi salah satu top engineer,” katanya.
Bagi Fazza, uang yang seharusnya digunakan untuk biaya kuliah lebih baik diinvestasikan pada laptop dengan spesifikasi tinggi untuk menunjang pembelajaran dan pekerjaannya. Ia mantap memilih jalur otodidak, apalagi setelah berhasil mendapatkan pekerjaan penuh waktu sebagai
Software Engineer.
Tertarik Belajar di Dicoding Karena Submission Review-nya
Dalam perjalanannya, Fazza berkenalan dengan Dicoding. Ia pertama kali mengenal platform belajar ini melalui program IDCamp 2023 di Instagram. Fazza tertarik pada sistem submission review yang dilakukan oleh pakar industri dan beragam kelas yang ditawarkan.
“Sejauh ini pengalaman saya mengasyikkan dan worth it untuk spend waktu saya belajar di Dicoding,” ungkapnya.
Selama belajar di Dicoding, ia menghadapi tantangan ketika menemui materi yang sulit dipahami. Fazza mengatasinya dengan mencari informasi di Google atau mencoba menerapkan materi tersebut langsung ke dalam tugas. Jika masih buntu, ia akan meminta bantuan di forum diskusi. Ketika tugasnya ditolak, ia berupaya memahami alasan dari saran yang diberikan oleh reviewer dan mencoba menerapkannya.
“Jika ada perbedaan pendapat, maka saya akan coba untuk menerapkan saran dari reviewer dan memberikan notes pada submission selanjutnya mengenai opini saya,” jelasnya.
Sertifikat dari Dicoding Membuat Fazza Mendapatkan Nilai Tambah dari Rekruter
Setelah belajar di Dicoding, Fazza merasa lebih percaya diri untuk membangun proyek dengan teknologi yang telah ia pelajari. Ia juga mendapatkan pengetahuan industri yang sulit didapat hanya dari YouTube atau artikel.
Menurut Fazza, materi yang komprehensif, learning path yang beragam, dan feedback dari para reviewer adalah bagian terbaik dari belajar di Dicoding. Ia juga menyebutkan bahwa kelas-kelas di Dicoding selalu diperbarui untuk mengikuti perkembangan teknologi yang pesat.
Ketika ditanya apakah Dicoding membantunya meraih mimpi sebagai programmer tanpa gelar sarjana, Fazza menjawab, “Ya, sertifikat yang diberikan oleh Dicoding adalah salah satu kredensial yang bisa menjadi poin tambahan dari rekruter.” Ia juga menambahkan bahwa proyek yang dibuat di kelas bisa menjadi portofolio yang membuktikan kemampuannya membangun sesuatu dari nol.
Selain itu, Fazza merasa materi-materi di Dicoding memberikan pengetahuan tambahan tentang hal-hal yang ditanyakan saat wawancara posisi Software Engineer di WidaTech. Saat baru mulai bekerja, kelas Front-End dan React sangat membantu Fazza karena berhubungan langsung dengan pekerjaannya. Namun, setelah bekerja, ia menyadari bahwa kelas di luar keahliannya, seperti Devops, Back-End, dan Linux, justru lebih membantu karena membuatnya menjadi engineer yang lebih berharga.
Mendedikasikan Diri untuk Dicoding Elite
Kini, Fazza telah menjadi bagian dari Dicoding Elite, sebuah komunitas yang terdiri dari para pakar teknologi. Ia tertarik bergabung karena adanya kesempatan untuk berbagi pengetahuan yang dapat berkontribusi pada perkembangan teknologi dengan dampak pada ratusan ribu orang. Selain itu, koneksi yang didapatkan dari para pakar industri di Dicoding Elite juga menjadi daya tarik tersendiri bagi Fazza.
Dalam perannya sebagai Dicoding Elite, Fazza bertugas sebagai code reviewer dan mentor. Sesekali, ia juga menjadi instruktur, fasilitator, dan advisor. Melalui Dicoding Elite, ia mendapatkan berbagai kesempatan baru, termasuk akses gratis ke semua kelas di Dicoding, yang memungkinkannya untuk terus belajar dan berkembang.