Profile developer

Profil Developer Kediri yang Giat Membangun Desa: Saifulloh Azhar

Profil Developer Kediri yang Giat Membangun Desa: Saifulloh Azhar

Profil developer asal Kediri ini giat bangun desa. Saifulloh Azhar (28 tahun) punya visi mewujudkan desa pintar lewat teknologi. Pada tahun 2018 ia mengembangkan aplikasi android yang membantu warga desa mendapatkan surat keterangan dengan lebih cepat. Juga aktif di beberapa komunitas berbagi untuk siswa SMK setempat. Seperti apa kisahnya? Mari kita simak 

Profil Developer dari Desa 

Saifulloh atau biasa dipanggil Nian, memang beda. Saat mayoritas teman-temannya di desa Bangkok, Kediri bertani di ladang atau berdagang, Nian bermata pencaharian sebagai web developer. Kantornya, PT Dakon, berlokasi di Surabaya. Ia bekerja dari rumah

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Nian dulu kuliah di STT Cahaya  Surya Kediri. Jurusannya, S1 Teknik Informatika. Hobinya, ngoding. “Mungkin hanya saya sendiri developer di daerah saya,” ungkap Nian. Anak ke-2 dari dua bersaudara ini juga mengaku kerap disangka pengangguran. Pasalnya sehari-hari ia di depan laptop saja. Belum  terbayangkan ada pekerjaan semacam developer. 

Masalah di Desa yang belum Melek Digital 

Asli anak desa, Nian suka gemas. Kampungnya yang terletak 14 km dari pusat kota Kediri belum tersentuh kemajuan digital. Terutama dalam hal tata kelola pemerintahan di sana. Beberapa masalah diantaranya:  

  1. Minimnya Penyebaran Informasi
    Informasi tentang pelayanan administrasi sempat tak sampai kepada warga secara keseluruhan. Akibatnya, banyak warga tak tahu tentang program-program administrasi yang dilakukan secara kolektif
  2. Kurangnya Transparansi
    Tanpa digitalisasi, sulit wujudkan transparansi. Warga tak bisa memantau akuntabilitas penggunaan anggaran dan kinerja aparatur setempat. Satu-satunya mekanisme transparansi anggaran, contohnya, hanya berbentuk baliho berisi laporan penggunaan anggaran. Sistem lama seperti ini tentunya sudah usang.

Visi Desa Pintar / Melek Digital

Salah satu penyebab masalah di atas adalah sulitnya menemukan profesional di bidang IT di daerah. 

“Desa kekurangan SDM karena lulusan SMK / S1 yang ada tak mumpuni. Teknologi yang dipelajari di sekolah/kampus, sudah usangte. Masih ada yang pakai Java, cordova..”

Karena itulah peserta GDK 2018 ini bertekad meningkatkan kapasitas developer setempat. 

“Saya suka cari pengalaman dan relasi sesama developer. Peluang di Kediri sebenarnya cukup besar,” tutur Nian. Tahun 2017 ia sempat mencetuskan Komunitas Android “Paguyuban Android Developer Kediri Academy.” Bertahan 2 tahun, komunitas ini merangkul 25 developer setempat.   

Menurut Nian, berbagi di komunitas sangat membahagiakan. Apalagi ketika rekannya yang berlatar belakang non-IT berhasil menguasai published admob.  

Dengan jumlah profesional IT yang bertambah dan solid di Kediri, apa goal Nian?

Ia ingin mewujudkan “Desa Pintar” di kampungnya. Apa itu? Desa pintar adalah desa melek digital di mana para warganya bisa mendapatkan kemudahan pelayanan lewat fasilitasi IT. Warga bisa memperoleh info dan mengakses transparansi tata kelola desa dengan bantuan teknologi secara terintegrasi.

Apa yang telah ia lakukan untuk merealisasikannya? Bekal lulus dari program Google Developers Kejar 2018, dua tahun silam ia membuat aplikasi “Sipedah Jamsaren” yang memudahkan warga mengurus surat keterangan. Tepatnya di kantor kelurahan Jamsaren di Kediri Timur. Dulu, warga harus bolak-balik minimal 2-3 kali untuk mendapatkan surat-surat administrasi kependudukan. 

Kini, tidak lagi. Warga Jamsaren cukup isi detail permintaan penerbitan surat di aplikasi Sipedah tersebut.  Aparatur desa akan memproses dan menginfokan warga jika surat sudah selesai. Semula 3 kali, kini warga hanya tinggal datang 1 kali ke kantor desa untuk mengambil surat yang mereka minta. Bisa surat pengantar SKCK, pengantar akte kelahiran dan kematian, dll. 

Portal buatan Nian memangkas waktu tunggu, birokrasi, serta mengurangi potensi korupsi. Keren kan? Masuk tahun ke-3, sistem pelayanan online ini masih aktif berfungsi di desa santri tersebut.  

Ingin Terus Berbagi dengan Developer Setempat  

Nian tak ingin sukses sendirian. Dulu selepas belajar Kotlin di program GDK 2018 ia pun mengajari penerapan source code Kotlin pada rekan sejawat. Mereka rata-rata terpana saat ditunjukkan perbandingan aplikasi buatannya yang berbasis Java vs Kotlin. Jauh Beda.  

Lulusan beasiswa Alcatel Lucent Enterprise ini mengaku puas. Ia ingin selalu berbagi keahliannya untuk mencetak developer andal dari kotanya. Berikutnya, bersama Kominfo pusat ia akan fokus di program SMK Coding untuk melatih anak-anak SMK di Kediri. 

Di Komunitas Bahasa Koding, ia juga mengajarkan anak-anak muda belajar bahasa pemrograman. Dan bertepatan dengan Ramadhan 2020 ini, ia isi hari-harinya dengan program “sedekah skill” untuk umum.

Menutup pembicaraan dengan Nian, ia berujar

“Manfaat sekali belajar di Dicoding. Lebih relevan daripada browsing sendiri atau masuk ke forum-forum programmer online yang bikin coding jadi gado-gado. Di Dicoding, tidak.”   

Ia pun berharap. Developer di kota kecil sepertinya dapat dukungan untuk maju. Kebanyakan SDM di desa sangat potensial tapi tak ada sarana. Karena itu kami kami berpesan pada Nian agar terus berbagi dan menyebarkan info ragam beasiswa dan kelas gratis yang ada di Dicoding. 

Mengenal profil developer desa seperti Nian, frase ini tepat sekali untuknya “Think global act local!” 

Profil Developer Kediri yang Giat Membangun Desa: Saifulloh Azhar-end 

Baca juga cerita lain dari lulusan kami di Dicoding Story. Atau simak cerita inspiratif lainnya berikut ini:

  1. Bangkit dari Keterpurukan dengan Belajar Android
  2. Digital Talents Scholarships Buka Peluang Karirku Di Unicorn

  3. Tiga (3) Tips dari Anak Desa: agar dapat Tawaran Kerja di Unicorn saat Masih Kuliah 


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.