Dhea Fesa

Merasa Salah Jurusan, Nyatanya Raih IPK 3,99 dan Jadi Front-End Developer

Cerita Dhea Fesa Athallah Lulusan Program Intensif Dicoding

Pernah merasa salah jurusan setelah masuk kuliah IT? Tenang, kamu tidak sendiri. Dhea Fesa Athallah (22) merasakan hal yang sama. Setelah melewati pergumulan panjang dalam dirinya yang merasa salah jurusan, akhirnya, Dhea bisa membuktikan dirinya berprestasi sebagai lulusan IT dengan meraih IPK 3,99 dan diterima bekerja menjadi front-end developer.

Bagaimana Dhea berhasil menemukan titik baliknya dari salah jurusan menjadi IT professional? Simak suka-duka dan kunci suksesnya selama diasah dalam program intensif di Dicoding!

đź’» Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Mulanya Ingin Belajar Biologi, Dhea Sempat Merasa Salah Jurusan

Dhea tidak pernah tertarik untuk masuk jurusan IT sebelumnya. Bahkan, sekadar berkeinginan untuk mengenal dunia teknologi pun tidak pernah terpikirkan oleh perempuan kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah, ini.

Namun, semua berubah ketika kedua orang tuanya meminta Dhea untuk masuk SMK Telkom Purwokerto, tepatnya jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Permintaan ini didasari oleh keinginan ayah-ibunya agar Dhea, anak semata wayang mereka, cepat mendapat pekerjaan dan punya masa depan yang stabil.

Dirasa berat menjalani jurusan yang bukan keinginannya, Dhea yang pada saat itu lebih berminat mendalami ilmu Biologi, sering kali berpikir bahwa dia salah jurusan. Hari-harinya sebagai siswi jurusan RPL di SMK Telkom Purworkerto terasa berat.

“Jurusan teknologi bahkan tidak pernah terlintas di pikiran saya karena saya ingin mendalami Biologi. Saya merasa tidak cocok dan salah jurusan,” ujar Dhea.

Suatu hari, Dhea mendapatkan pencerahan. Saat berhasil memecahkan sebuah logika sederhana pada suatu tugas sekolah, Dhea mulai merasakan serunya dunia teknologi. Momen kecil itu ternyata menjadi milestone pertama yang mendorong Dhea mempelajari IT, mulai dari desain grafis untuk user interface (UI), Cisco, hingga internet of things (IoT). “Momen kecil itu ternyata bikin saya terpacu. Oh, ternyata saya bisa juga jadi anak IT,” tambah Dhea.

Belajar dalam Program Intensif di Dicoding Dukung Dhea Raih IPK 3,99 dan Menjadi Front-End Developer

Perjalanan Dhea di dunia teknologi tidak berhenti di SMK. Setelah lulus dari jurusan RPL di SMK Telkom Purwokerto dengan predikat Top 3 Lulusan Terbaik, Dhea mendaftarkan diri ke Universitas Jayakarta.

Memang bukan anak IT sembarangan, setelah mendaftar kuliah, Dhea berhasil diterima di jurusan Teknologi Informasi dengan beasiswa penuh dari Yayasan Dharma Pendidikan Jakarta. Tak hanya itu, dia juga mengakhiri masa studinya dengan IPK 3,99. Sungguh prestasi yang membanggakan dari siswa yang mengaku dulu pernah merasa salah jurusan ini. 

Saat berkuliah, Dhea juga mengambil beberapa pekerjaan lepas sebagai developer. Untuk memenuhi kebutuhan knowledge kuliah dan bekerja sebagai developer, Dhea mengandalkan ilmu yang ia peroleh dari program intensif di Dicoding.

“Menjalani kuliah sambil bekerja tidaklah mudah. Saya terus mengembangkan diri lewat program pelatihan intensif di Dicoding hingga akhirnya lulus dengan IPK 3,99,” ucap Dhea dengan haru.

Bukan hanya mencintai dunia teknologi, kini, Dhea pun tahu spesialisasi bidang IT yang dia sukai. Dia menyadari bahwa proyek yang paling dia sukai ialah membuat sesuatu yang bisa dilihat dan dirasakan oleh orang lain. Dari situlah ia tertarik dengan dunia front-end development dan berhasil diterima bekerja sebagai front-end developer di PT Infosys Solusi Terpadu.

Dalam pekerjaannya, Dhea bertanggung jawab menciptakan UI yang interaktif, responsif, dan sesuai dengan kebutuhan bisnis. Sebagai front-end developer, dia juga harus berkolaborasi dengan tim desainer dan back-end developer untuk membuat tampilan UI yang nyaman bagi user.

Kata Dhea, “Front End Developer Perlu Memperkuat Fundamental Skills-nya”

Selama bekerja sebagai front-end developer di PT Infosys Solusi Terpadu, Dhea merasakan perubahan yang besar dari sebelum dan sesudah mengikuti program intensif di Dicoding. Menurutnya, perubahan yang paling terasa ialah dari skills yang dia miliki. Lewat program intensif di Dicoding, Dhea diajarkan pentingnya fundamental skills, yakni cara menulis path code yang rapi, terstruktur, dan mudah dipelihara, karena itu ternyata sangat krusial untuk semua pekerjaannya.

“Sebelum belajar di sini, saya cuma memikirkan kode saya berfungsi atau tidak. Tapi setelah belajar di program intensif di Dicoding, saya diajari cara menulis clean code dan architecture code yang terorganisir. Ternyata, itu fundamental skills yang mempermudah dan mengefisienkan pekerjaan saya dalam mengembangkan proyek jangka panjang,” ucap Dhea.

Tak hanya itu, siswi lulusan terbaik program intensif Dicoding ini juga menambahkan bahwa materi pembelajaran yang menurutnya paling membantu pekerjaannya saat ini adalah React Web Developer Expert. Dalam kelas tersebut, Dhea mempelajari penerapan automation testing dan CI/CD pada aplikasi. “Saya dapat materi pengembangan aplikasi React yang efisien dan terstruktur. Ini ilmu baru yang ingin saya terapkan secara langsung dalam proyek kantor,” pungkas Dhea.

Sudah Jadi Lulusan Terbaik, Sudah Jadi Developer, Tinggal Menggapai Mimpi Jadi Dosen

Segudang prestasi memang telah diraih Dhea yang sempat mengaku salah jurusan ini. Mulai dari menjadi Top 3 Lulusan SMK Telkom Purwokerto, Peraih Beasiswa Penuh Yayasan Dharma Pendidikan Jakarta, Sarjana Teknologi Informasi dengan IPK 3,99, hingga menjadi salah satu lulusan terbaik program intensif di Dicoding.

Nyatanya, itu semua tidak hanya dibantu oleh pembelajaran program intensif Dicoding, tapi juga soft skills yang dimiliki Dhea sendiri. Sedari dulu, Dhea sudah terbiasa mengatur waktunya dengan efisien. Dia paham bahwa jadwalnya padat. Ia harus menyeimbangkan waktu antara kuliah, bekerja, dan mengikuti program intensif Dicoding. Untuk itu, dia terbiasa membuat skema waktu belajar minimal beberapa menit setiap hari dengan menggunakan timer. 

Baginya, pendidikan adalah prioritas nomor satu. Itulah alasan dia selalu meluangkan waktu untuk belajar setiap harinya. Selain itu, menurut Dhea, pendidikan adalah jalan keluar terbaik untuk memperluas kesempatan, membuka wawasan, dan menciptakan perubahan nyata bagi dirinya sendiri ataupun orang lain. Nilai moral ini sejalan dengan kontribusi Dhea pada program intensif di Dicoding sebagai peer tutor. 

”Dalam program intensif di Dicoding, saya juga memperoleh kesempatan untuk berkontribusi sebagai mentor, instruktur, maupun advisor untuk membantu peserta lain agar bisa merasakan manfaat yang sama seperti yang saya rasakan,” ujar Dhea.

Dhea bercerita betapa senangnya saat dia diminta menjadi peer tutor. Terlebih, dia memang memiliki cita-cita untuk melanjutkan studi S2 dengan beasiswa demi menjadi dosen. Ke depannya, dia ingin ada lebih banyak siswa yang punya semangat tinggi sama seperti dirinya saat dulu masih mengulik dunia IT.

“Saya pernah merasa salah jurusan masuk IT, saya juga dari keluarga sederhana. Namun, saya adalah bukti bahwa siapa pun bisa maju asalkan punya semangat belajar yang tinggi, tidak terkecuali kalian,” tutup Dhea.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.