Banner Blog - Mengenal Web 3.0: Pengertian dan Implementasinya

Mengenal Web 3.0: Pengertian dan Implementasinya

Web, siapa yang belum pernah mendengarnya? Rasanya hampir mustahil, ya, pada saat ini jika tidak pernah mendengar kata tersebut. Faktanya, kamu pun sekarang membaca halaman ini melalui situs web Dicoding. Tahukah kamu, sekarang teknologi web pun berkembang semakin pesat? Sekarang, ia sudah memasuki generasi ketiga, lho! Salah satunya adalah Web 3.0. Penasaran? Yuk, baca artikel ini sampai selesai, ya!

 

Sejarah Web

Sebelum membaca sejarah, ada baiknya kita ulas sedikit mengenai pengertiannya. Menurut Oxford University, web adalah sistem informasi untuk bertukar dokumen dalam jaringan yang terkoneksi. 

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Web menurut KBBI adalah sistem untuk mengakses, memanipulasi, dan mengunduh dokumen hipertaut yang terdapat dalam komputer yang dihubungkan melalui internet; jejaring; jaringan.

Konsep web diibaratkan sebagai jaring yang menghubungkan antara satu perangkat dengan perangkat lainnya. Dengan adanya jaring tersebut, kita dapat bertukar informasi hanya dengan mengandalkan koneksi internet.

Web 1.0

Istilah web pertama kali digunakan oleh Tim Berners Lee, dalam sebuah proposal untuk mengajukan sistem manajemen informasi di CERN, perusahaan tempatnya bekerja. Ketika itu, dia menginginkan pembaca bisa mendapatkan referensi dalam sekali klik (hiperteks). 

Oleh sebab itu, Tim membayangkan adanya sebuah jaringan yang saling terhubung satu sama lain untuk membagikan dokumen-dokumen tersebut. Sementara, saat itu sudah tersedia ARPANET, koneksi yang menghubungkan komputer-komputer untuk keperluan akademis dan militer sejak tahun 1970-an.

Mulai tahun 1990-an, Tim Berners Lee pun mulai mengerjakan proyeknya tersebut. Ia memadukan tiga teknologi utama, yakni URL (uniform resource locator)/URI (uniform resource identifier) sebagai lokator/pengidentifikasi sumber web, HTTP (hypertext transfer protocol) untuk meneruskan permintaan ke server, dan HTML (hypertext markup language) dalam mengembangkan tampilan web.

Dari sana, terciptalah world wide web, sebuah jaringan besar untuk menghubungkan informasi-informasi di seluruh dunia. Saat web baru memasuki awal-awal masa perkembangannya, ia belum interaktif dan tampilannya belum semenarik sekarang. 

Jadi, sifat dari teknologi Web 1.0 atau generasi pertama ini sebagian besar hanya bisa dibaca saja (Read). Pengguna belum bisa memberikan interaksi terhadap konten yang tersedia di dalamnya.

Web 2.0

Teknologi yang ada pada Web 2.0 ini sudah jauh berkembang dari pendahulunya. Tampilannya sudah jauh lebih menarik dan interaktif. Pengguna tidak hanya lagi membaca atau menerima informasi, tetapi dapat merespons serta ikut membuatnya dalam web. Beberapa teknologi seperti teknik JavaScript asinkronus dan XML (AJAX) serta cascading style sheets berkontribusi besar dalam perkembangan Web 2.0 ini (Gan, dkk., 2023).

Web 2.0 bahkan menghasilkan banyak teknologi yang mengubah hidup seluruh masyarakat global. Platform media sosial dan pasar online bermunculan. Berinteraksi dengan orang yang begitu jauh bukan lagi hal mustahil. Informasi dari berbagai belahan dunia didapatkan dalam hitungan detik saja. 

Dengan interaktivitas yang sangat tinggi dalam Web 2.0, sifatnya disebut Read-Write. Artinya, tidak hanya sekadar membaca, tetapi pengguna web dapat ikut menulis (atau membuat konten) yang dapat diakses oleh semua orang.

Namun, masalah-masalah dalam Web 2.0 pun bermunculan. Salah satunya adalah minimnya privasi. Data bagaikan alat tukar dalam teknologi ini. Sadar atau tidak sadar, platform-platform  yang kita gunakan mengambil dan memiliki data kita untuk dipergunakan dalam kepentingan komersial.

Web 3.0

Saat ini, ada rancangan teknologi web terbaru, yakni Web 3.0. Tim Berners Lee jugalah yang merancang teknologi web ini, dikenal juga sebagai web semantik. Rancangan terbaru ini diklaim dapat meningkatkan manajemen data dengan menghubungkan seluruh website. Semua data yang saling terhubung itu nantinya akan dikumpulkan pada salah satu basis terbuka, bernama Solid.

Selain itu, ada fitur lain darinya yang dianggap lebih canggih dari teknologi web saat ini. Mesin dirancang untuk dapat mengerti bahasa manusia lebih kompleks. Mesin pencari nantinya tidak lagi membaca bahasa manusia sebagai kata kunci yang terpisah, tetapi dapat membacanya dalam satu keutuhan.

Web 3.0 vs Web3

Apakah kamu mengenal istilah Web3? Mirip dengan Web 3.0 yang sedang dibahas dalam artikel ini, ya? Untuk kamu yang rajin mengikuti perkembangan web, tentu kamu pernah mendengar atau membacanya.

Perlu kamu ketahui bahwa selain Web 3.0 yang dirancang oleh Tim Berners Lee, juga ada rancangan Web3 sebagai teknologi generasi ketiga. Wah! Penamaannya hampir sama, ya. Padahal rancangan mereka cukup berbeda.

Singkatnya, jika Web 3.0 menekankan manajemen data yang efisien dan terbuka karena seluruh website saling terhubung satu dengan yang lain, Web3 fokus pada manajemen data secara desentralisasi. Infrastruktur data pada Web3 diatur dengan sistem blockchain sehingga ketika ada perubahan, ia akan menjadi lebih rumit.

Namun, baik Web3 maupun Web 3.0 sama-sama ingin menciptakan teknologi yang mengakomodasi agar otorisasi data kembali pada pengguna. Tidak seperti teknologi saat ini ketika pengguna bahkan “tanpa sadar” kehilangan kendali atas data pribadinya sendiri.

 

Keunggulan Web 3.0

Nah, kita sudah membaca tentang sejarah web sampai perkembangannya saat ini. Lalu, apa saja keunggulan yang ditawarkan oleh teknologi web generasi ketiga tersebut? Inilah beberapa kelebihan yang akan didapatkan dengan adanya Web 3.0 maupun Web3.

  • Pada sistem ekonomi, teknologi ini akan berusaha menghilangkan monopoli oleh sistem tertentu. Dengan manajemen pada sumber terbuka, setiap orang diberi hak untuk mengendalikan data yang dimilikinya. Pada teknologi Web3, transaksi dilakukan dengan sistem blockchain ketika setiap orang dapat mengetahui serta untuk melaksanakannya harus ada validasi terlebih dahulu.
  • Dalam berkarya, teknologi Web 3.0 membebaskan para kreator untuk dapat membuat apa pun yang mereka sukai. Tidak dibutuhkan juga platform atau pihak ketiga untuk mempromosikan karya tersebut sehingga keuntungan bisa langsung didapatkan. Kolaborasi juga bisa dilakukan lebih luas tanpa adanya batas.
  • Efisiensi kerja dapat lebih mudah dicapai karena mesin akan ditingkatkan kemampuannya untuk dapat mengerti bahasa manusia. Dengan kendali manusia, mesin dapat ikut menciptakan konten. Teknologi ini juga diharapkan sejalan dengan Metaverse ketika setiap orang bisa melakukan pekerjaannya dengan lebih fleksibel.

 

Kelemahan Web 3.0

Dengan adanya beberapa keunggulan tersebut, bukan berarti tidak ada kekurangan dari Web 3.0 dan Web3. Berikut adalah kelemahan yang harus diwaspadai.

  • Akibat batasan-batasan yang semakin tipis dengan adanya teknologi ini, interaksi pengguna dapat menjadi lebih brutal. Apalagi di dalamnya, semua orang “bebas” membuat apa pun yang mereka inginkan. Tidak adanya otoritas oleh pihak tertentu dapat menyebabkan konflik sosial lebih mudah terjadi karena minimnya aturan untuk mengendalikan konten.
  • Sistem ekonomi dengan blockchain, khususnya pada Web3, tidak membuatnya semakin mudah, malah semakin rumit karena adanya keterbukaan di antara pengguna. Ini juga belum tentu lebih efisien karena orang-orang yang dibutuhkan sebagai validator menjadi lebih banyak. Tentunya, hal tersebut memiliki biaya yang lebih tinggi dibandingkan pengelolaan oleh satu pihak.
  • Meskipun teknologi Web 3.0 atau Web3 diklaim bisa meminimalisir bahkan menghilangkan monopoli, tetap saja akan ada potensi penguasaan oleh suatu pihak atau kelompok tertentu. Peluang penyalahgunaan masih tetap ada, apalagi jika standardisasi atau aturan belum diciptakan untuk mengendalikan pihak-pihak yang dapat memiliki kuasa.

Itulah dia informasi mengenai teknologi web, khususnya Web 3.0. Semoga dengan membaca artikel ini, wawasanmu semakin bertambah, ya! Sampai jumpa dalam artikel berikutnya.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.