Python masih memimpin pada banyak metrik yang muncul dalam Stack Overflow Developer Survey 2025 dan artikel ini menelaah implikasi bagi developer Indonesia.
Dalam satu panduan ini kami akan merinci temuan utama, perbandingan regional, dampak pada karier, contoh penggunaannya pada data science dan web, serta rekomendasi praktis untuk memanfaatkan momentum Python dalam proyek dan komunitas lokal.
Peran Python dalam Hasil Survey Developer 2025
Posisi Python di Survei Global
Hasil awal Stack Overflow Developer Survey 2024 (sebagai proyeksi menuju 2025) menunjukkan Python konsisten berada di papan atas untuk kategori most-used, sangat tinggi dalam most-desired, serta banyak muncul pada deskripsi job postings global—terutama untuk peran data engineer, data scientist, dan back-end developer.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangArtinya, Python bukan hanya populer di komunitas, tetapi juga benar-benar dipakai dalam proyek produksi dan dicari di pasar kerja. Kombinasi ini jarang: banyak bahasa dicintai, tetapi tidak selalu dipakai luas di industri, atau sebaliknya. Python berhasil menjaga keseimbangan antara “disukai developer” dan “dibayar perusahaan”.
Tiga Pendorong Utama Popularitas Python
Di balik metrik itu, ada tiga penggerak utama: ekosistem libraries yang matang, kurva belajar yang ramah pemula, serta kemampuan lintas domain. Untuk data science dan machine learning, ekosistem mulai dari pandas, NumPy, scikit-learn, hingga PyTorch dan TensorFlow menjadikan Python hampir menjadi standar industri.
Di dunia web, Django dan FastAPI memberi jalur cepat membangun back-end modern. Sementara untuk scripting automasi, sintaks Python yang relatif dekat dengan bahasa sehari-hari membuatnya mudah dipakai untuk “mengikat” berbagai tools. Inilah alasan Python terus muncul pada berbagai kategori survei, dari hobi sampai sistem misi-kritis.
Cerminan Tren di Indonesia
Dalam konteks Indonesia, pola ini sudah terasa di lapangan. Tim analytics bank dan fintech memanfaatkan Python untuk analisis risiko, deteksi fraud, serta segmentasi nasabah. Perusahaan ritel dan e-commerce menggunakannya untuk demand forecasting serta rekomendasi produk.
Di sisi lain, startup SaaS lokal banyak mengandalkan FastAPI atau Django untuk back-end. Bahkan perusahaan manufaktur mulai memakai Python untuk otomatisasi laporan produksi, integrasi dengan IoT, hingga predictive maintenance. Dengan kata lain, apa yang tampak pada survei global mulai tecermin dalam kebutuhan proyek di pasar lokal.
Implikasi untuk Rekrutmen dan Strategi Talenta
Bagi tim rekrutmen, kombinasi data survei dan tren lokal ini berarti dua hal: permintaan talenta Python akan terus naik, sementara persaingan merekrutnya juga makin ketat. Perusahaan perlu lebih spesifik saat memasang job posting (misalnya “Python + pandas + SQL untuk data” atau “Python + FastAPI + Docker untuk back-end”), bukan sekadar menulis “Python developer”.
Investasi dalam upskilling internal, mentoring, dan kontribusi ke komunitas lokal bisa menjadi strategi mempertahankan talenta, bukan hanya merekrut.
Catatan: Membaca Survei dengan Konteks
Namun, saat membaca hasil survei, penting diingat bahwa responden cenderung berasal dari komunitas online global sehingga angka popularitas tidak selalu satu banding satu dengan realitas setiap sektor industri di Indonesia.
Karena itu, hasil survei sebaiknya dibaca sebagai kompas arah angin, bukan peta detail: ia menunjukkan kecenderungan global, lalu perlu dikalibrasi dengan data lokal, seperti tren gaji, kebutuhan proyek, dan budaya teknologi tiap perusahaan. Pendekatan ini akan membantu saat kamu membandingkan Python dengan bahasa lain yang juga naik daun di komunitas global, sesuatu yang akan makin jelas ketika kita melihat tren bahasa pemrograman populer secara keseluruhan.
Tren Bahasa Pemrograman Populer di Komunitas Global
Dalam Stack Overflow Developer Survey beberapa tahun terakhir, pola besarnya cukup konsisten: JavaScript hampir selalu menjadi bahasa paling banyak digunakan, sedangkan Python naik stabil dan kini bersaing ketat di posisi teratas, terutama untuk kategori “most wanted” dan “most loved”.
Java dan C# cenderung stagnan atau sedikit menurun dari sisi popularitas umum, tetapi tetap kuat di ekosistem enterprise dan aplikasi skala besar. Narasinya bergeser dari “bahasa mana yang paling populer” menjadi “bahasa mana yang paling dicari untuk proyek baru”, dan di sini Python serta TypeScript sering mencuat.

source: survey.stackoverflow.co/2025/
Pergeseran tren ini banyak dipengaruhi kualitas tooling dan ekosistem. Python unggul berkat pustaka seperti pandas, NumPy, scikit-learn, hingga FastAPI, sedangkan kebutuhan performa tinggi di sisi front-end dan back-end mendorong adopsi JavaScript/TypeScript serta Rust untuk komponen kritis.
Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tren global ini tecermin pada banyaknya lowongan full stack JavaScript dan data engineer/data scientist berbasis Python, meski perusahaan besar masih bertumpu pada Java dan C# untuk sistem inti.
Bagi kamu yang memilih bahasa untuk dipelajari, arahkan pilihan ke JavaScript/TypeScript bila fokus pada web dan front-end, ke Python bila ingin masuk ke data science, ML, atau automasi, lalu pertimbangkan Java atau C# bila menargetkan karier dalam perbankan, telko, dan korporasi besar.
Ada pula situasi ketika lebih tepat memilih bahasa lain daripada Python: misalnya Go untuk layanan microservice yang butuh throughput tinggi dan mudah di-deploy, atau Rust bila memerlukan kontrol memori ketat serta keamanan tingkat sistem.
Pemahaman konteks inilah yang nantinya akan terhubung dengan cara kamu memanfaatkan kemampuan scripting untuk membangun prospek karier lebih kuat.
Dampak Scripting terhadap Prospek Karier Developer Lokal
Jika dalam bagian sebelumnya fokus pada bahasa populer, di sini terlihat alasan scripting jadi “lem perekat” alur kerja developer modern.
Pada banyak hasil survei global, termasuk Stack Overflow, Python dan bahasa sejenis makin dominan bukan hanya untuk membangun aplikasi, tetapi untuk mengautomasi tugas: dari build pipeline, deployment, sampai pembersihan data.
Scripting membuat tugas berulang bisa diubah jadi satu perintah yang dapat diulang, konsisten, serta mudah dibagikan ke tim. Dampaknya, produktivitas naik dan risiko kesalahan manual turun drastis, sesuatu yang sangat dihargai perusahaan di Indonesia.
Bagi perekrut lokal, kemampuan menulis script untuk testing automation, DevOps scripting, dan CLI tools sering jadi pembeda antara “bisa koding” dan “bisa kerja pada sistem nyata”. Dalam startup kecil, Python atau Bash dipakai untuk menjadwalkan backup, ETL sederhana, atau deployment ke cloud.
Di perusahaan besar, script mengorkestrasi ratusan microservices, menjalankan CI/CD pipeline, hingga mengelola infrastruktur lewat infrastructure as code. Semakin kompleks sistemnya, semakin bernilai kemampuanmu merangkai automasi yang andal.
Jalur belajar yang efektif biasanya dimulai dari automasi kecil: menulis script Python untuk merapikan file, memanggil API, atau membuat CLI sederhana. Misalnya berikut.
|
1 2 3 4 5 6 7 8 |
#!/usr/bin/env python3 import pathlib downloads = pathlib.Path.home() / "Downloads" for f in downloads.glob("*.csv"): target = downloads / "data" / f.name target.parent.mkdir(exist_ok=True) f.replace(target) |
Dari sini, kamu bisa naik ke proyek portofolio yang lebih “berbau produksi”: GitHub Action untuk otomatisasi testing, deployment script ke Docker dan Kubernetes, atau data pipeline kecil untuk analitik.
Saat melamar kerja, cantumkan repositori publik, jelaskan masalah bisnis yang diautomasi, dan tunjukkan cara script-mu terintegrasi dengan ekosistem modern, seperti CI/CD dan cloud; itu jauh lebih meyakinkan daripada sekadar menulis “bisa Python” di CV.
Peran Data Science dan Machine Learning dalam Survey
Pada bagian data science dan machine learning, hasil terbaru Stack Overflow Developer Survey kembali menempatkan Python di posisi teratas untuk pekerjaan analitik, automatisasi, hingga machine learning.
Library seperti pandas, NumPy, scikit-learn, TensorFlow, dan PyTorch konsisten muncul sebagai tool yang “wajib” dikuasai, sementara Jupyter Notebook serta VS Code menjadi lingkungan kerja favorit.
Pola ini selaras dengan tren di Indonesia: banyak tim data di fintech, e-commerce, dan logistik mengandalkan Python sebagai bahasa utama untuk eksperimen cepat sekaligus integrasi ke sistem produksi.
Dominasi Python mempermudah perusahaan lokal mengadopsi ML karena ekosistemnya matang, dokumentasi melimpah, serta komunitas Indonesia yang aktif berbagi contoh kasus.
Misalnya, startup logistik bisa membangun model prediksi waktu kirim dengan pandas untuk praproses data, scikit-learn untuk model regresi, lalu membungkusnya menjadi API ringan dengan FastAPI sebagai tahap prototipe. Dari sini, tim bisa menguji dampak bisnis secara cepat sebelum berinvestasi besar pada infrastruktur.
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 |
import pandas as pd from sklearn.ensemble import RandomForestRegressor data = pd.read_csv("riwayat_pengiriman.csv") X = data[["jarak_km", "berat_kg", "tipe_layanan"]] y = data["waktu_kirim_jam"] model = RandomForestRegressor(n_estimators=100, random_state=42) model.fit(X, y) |
Agar relevan dengan kebutuhan industri, penguasaan Python saja tidak cukup; kamu perlu dasar statistics, pemahaman data engineering (misalnya SQL, ETL, data warehouse), serta praktik MLOps, seperti experiment tracking dan model deployment.
Sebagai jalur belajar bertahap, pemula bisa mulai dari proyek analisis data publik (dashboard sederhana), lalu naik ke level menengah dengan membangun model prediksi end-to-end yang di-deploy sebagai web service kecil. Di titik ini, kamu siap melangkah ke ekosistem tools dan framework yang lebih luas, yang akan dibahas pada bagian berikutnya.
Perbandingan Ekosistem Tools dan Framework Favorit
Survei Stack Overflow terbaru menunjukkan tiga kelompok tools yang paling sering muncul. Kelompok pertama adalah web frameworks seperti React, Next.js, Django, dan FastAPI. Berikutnya ada pustaka data seperti pandas, NumPy, dan scikit-learn. Terakhir, dev tools seperti Git, Docker, dan VS Code.
Web frameworks unggul untuk membangun UI dan API dengan cepat. Pustaka data kuat untuk analisis, eksperimen, dan pemodelan. Dev tools membantu workflow tetap rapi dan mudah direproduksi. Di sini ekosistem Python terlihat solid. Kamu bisa memakai Django atau FastAPI untuk web. Kamu juga bisa memakai pandas dan Jupyter untuk riset data. Satu bahasa bisa dipakai dari eksplorasi sampai prototipe.

Ekosistem JavaScript juga sangat kaya. Contohnya Node.js, Express, NestJS, dan Next.js. Python biasanya lebih produktif untuk data dan automasi. JavaScript lebih kuat untuk front-end dan full stack web.
Berikut contoh stack modern yang sering dipakai:
- Web: React + Next.js + Node.js/Express. Alternatifnya, Django/FastAPI + PostgreSQL + HTMX.
- Data pipeline: Python + Airflow + dbt + BigQuery atau Snowflake.
- Automasi ringan: Python + Requests + Playwright atau Selenium.
Untuk startup di Indonesia, faktor utama biasanya jelas. Mereka mengejar iterasi cepat, biaya rendah, dan talent yang mudah dicari. Karena itu, stack Python atau JavaScript yang “baterai sudah termasuk” sering jadi pilihan. Solusi yang terlalu kompleks biasanya dihindari.
Perusahaan enterprise punya pertimbangan lain. Mereka fokus pada dukungan jangka panjang dan security. Integrasi dengan sistem lama juga penting. Karena itu, Java atau .NET masih relevan. Pilihan seperti Spring atau ASP.NET Core masih sering dipakai.
Jika kamu ingin cepat deploy proyek nyata, pilih jalur belajar yang sederhana. Satu stack minimal yang kuat adalah Python + FastAPI + SQLModel/SQLAlchemy + PostgreSQL + Docker. Stack ini cocok untuk API web. Stack ini juga berguna untuk automasi. Kamu bisa memakainya untuk eksperimen data sebelum masuk arsitektur yang lebih kompleks.
Strategi Pengembangan Karier untuk Developer Indonesia
Berdasarkan pola terbaru Stack Overflow Developer Survey, skill dasar yang paling sering dicari masih mirip. Banyak perusahaan menilai kemampuan Python dan JavaScript. Mereka juga melihat penguasaan libraries seperti pandas, NumPy, dan React. Skill cloud juga penting, misalnya AWS, GCP, atau Azure.
Tambahkan praktik testing yang konsisten. Kamu bisa memakai pytest atau unittest untuk Python. Untuk JavaScript, gunakan Jest. Banyak perusahaan kini menilai kualitas kode. Mereka tidak lagi fokus pada jumlah baris.

Mulai dari belajar bareng Dicoding lewat kelas Memulai Pemrograman dengan Python 🚀
Roadmap yang realistis bisa dibuat sederhana. Mulai dengan tiga bulan belajar terarah. Lanjutkan dengan satu atau dua proyek open source kecil. Setelah itu, ambil sertifikasi yang relevan. Terakhir, kuatkan jejaring komunitas lokal. Dengan pola ini, progresmu lebih mudah diukur.
CV dan portofolio yang kuat harus berisi proyek konkret. Contohnya, buat API kecil dengan FastAPI. Kamu juga bisa membuat dashboard data dengan Streamlit. Alternatif lain adalah microservice sederhana di cloud. Jelaskan stack yang kamu pakai. Tulis juga peranmu di proyek tersebut. Sertakan metrik hasil, jika ada. Lampirkan tautan GitHub atau demo.
Di era sekarang, jejak publik sering jadi “bukti sosial”. Aktivitas di Stack Overflow, GitHub, dan meetup mudah dilihat perekrut. Mulailah dari langkah kecil. Jawab pertanyaan sederhana di Stack Overflow. Perbaiki issue kecil di GitHub. Kamu juga bisa presentasi singkat di meetup.
Gunakan Ceklis 12 Minggu Agar Lebih Terarah
- Minggu 1–4: Kuasai dasar Python atau JavaScript. Pilih satu framework utama. Lakukan testing setiap hari.
- Minggu 5–8: Bangun dua proyek portofolio. Deploy proyek ke cloud. Tulis README yang rapi. Mulai kontribusi kecil ke open source.
- Minggu 9–12: Rapikan CV dan LinkedIn. Aktif bertanya atau menjawab dengan kualitas baik. Tingkatkan ritme commit di GitHub. Hadiri minimal dua meetup atau komunitas daring.
Jika ceklis ini dijalankan konsisten, arah kariermu akan lebih kuat. Kamu juga akan lebih selaras dengan tren industri. Tren tersebut masih menguatkan Python di data science dan web.
Penutup
Artikel ini memberi gambaran ringkas tentang hasil Survey 2025 memperkuat posisi Python dan artinya bagi pengembang Indonesia.
Intinya: fokus pada keterampilan yang relevan, optimalkan pemahaman ekosistem dan tool, serta terapkan strategi karier yang selaras dengan tren data science dan web. Dengan langkah praktis yang disarankan, developer bisa memanfaatkan peluang dan berkontribusi pada komunitas.
