Ilmu Data Science dari IDCamp Bantu Handi Jaga Kualitas Data BMKG

Cerita Handi Sutriyan, Lulusan Program IDCamp

Tak semua orang dapat melangkah dengan mulus menuju mimpinya. Bagi Handi Sutriyan (27), jalan itu penuh tikungan tajam yang menguji kesabaran dan keteguhan hatinya. Selepas lulus SMK, ia harus menunda kuliah karena keterbatasan biaya. Sementara teman-teman sebayanya sibuk membangun masa depan di perguruan tinggi, Handi memilih bekerja lebih dulu, menabung sedikit demi sedikit hingga akhirnya bisa mendanai pendidikannya sendiri. 

Selepas lulus kuliah, Handi berhasil bekerja di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Meski sudah bekerja, Handi masih menyisihkan waktu untuk belajar dalam program IDCamp. Semua itu dijalaninya dengan keyakinan bahwa ilmu adalah bekal paling berharga. Hasilnya? Handi dapat menjaga kualitas data BMKG melalui ilmu data science yang telah diperolehnya.

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Meski Tumbuh di Keluarga Sederhana, Kegigihan Handi Sungguh Luar Biasa

Handi lahir di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, sebagai bungsu dari tiga bersaudara yang tumbuh dalam keluarga prasejahtera. Ayah dan ibunya bekerja sebagai buruh lepas sekaligus petani. Merekalah yang menanamkan nilai kejujuran, kerja keras, dan ketulusan dalam setiap langkah hidup Handi dan saudara-saudaranya.

“Orang tua selalu berpesan agar saya bekerja dengan jujur, bersungguh-sungguh, dan tidak melupakan keluarga,” kenang Handi.

Masa kecil dalam keterbatasan justru membentuk karakternya. Ketika banyak teman sebayanya melanjutkan kuliah selepas sekolah menengah, Handi memilih jalan berbeda. Kondisi ekonomi keluarga membuatnya menunda mimpi itu.

Setelah lulus SMK, ia bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan tabungan. Baru setelah dua tahun bekerja, Handi berani melangkah ke perguruan tinggi, yakni Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG). Ia memiliki tekad bulat untuk menekuni bidang yang sejak awal menarik perhatiannya, yaitu teknologi informasi, database, dan infrastruktur.

Berkarier di Laboratorium Kalibrasi Radiometer Pyranometer, BMKG Pascalulus Kuliah

Lulus dari STMKG, Handi berhasil menembus seleksi aparatur sipil negara (ASN) dan diterima di BMKG. Kini, ia bertugas sebagai staf Laboratorium Kalibrasi Radiometer Pyranometer di Direktorat Instrumentasi dan Kalibrasi BMKG Pusat, Jakarta.

Sehari-hari, Handi bertanggung jawab melakukan pelayanan kalibrasi instrumen ukur serta mengolah data hasil pengukuran. Kalibrasi, menurutnya, adalah proses vital untuk memastikan instrumen pengamatan BMKG tetap akurat dengan standar internasional. Dari alat yang terkalibrasi inilah lahir data cuaca, iklim, dan gempa yang menjadi acuan penting bagi transportasi, peringatan dini bencana, hingga riset ilmiah.

“Data pengamatan BMKG berperan penting dalam keselamatan transportasi penerbangan dan maritim, serta peringatan dini bencana. Karena itu, akurasi alat harus dijaga ketat,” jelasnya. Bagi Handi, pekerjaannya bukan sekadar rutinitas teknis, tetapi juga kontribusi nyata untuk keselamatan banyak orang.

Bekerja Sembari Belajar dalam Program IDCamp

Meski sudah berkarier secara purnawaktu, Handi tetap memiliki dorongan untuk terus meningkatkan kompetensi dirinya. Hal itu membawanya berkenalan dengan IDCamp, program beasiswa coding dari Indosat Ooredoo Hutchison. Awalnya, ia mengetahui program ini dari seorang kakak tingkat semasa kuliah.

Sejak itu, ia hampir selalu mengikuti IDCamp setiap tahun dan mencoba berbagai alur belajar. Pada 2024, Handi memilih alur belajar Data Science. Keputusan itu tidak lepas dari relevansinya dengan pekerjaannya sehari-hari di BMKG. Ia merasa belajar data science dalam program IDcamp dapat ia terapkan dalam kasus nyata pada pekerjaannya sehari-hari.

Bekerja sembari belajar dalam program IDCamp memang tak mudah. Handi mesti mengatur waktu belajarnya dengan disiplin, menyisihkan satu sampai dua jam setelah jam kerja, bahkan memanfaatkan akhir pekan untuk mengejar materi. Konsistensi itu membawanya hingga kelas tingkat menengah dan mahir. Diskusi interaktif bersama fasilitator dan sesama peserta memperkaya wawasannya.

“Program IDCamp itu seperti paket lengkap: materi teknis yang mumpuni, fasilitator yang peduli, dan komunitas belajar yang saling menguatkan,” tambahnya.

Handi kerap merasa bahwa tuntutan pekerjaan di BMKG terkadang membuat energinya terkuras. Namun, ia berpegang pada prinsip bahwa perkembangan teknologi menuntut setiap orang untuk beradaptasi.

“Tinggal bagaimana kita memupuk kemauan dan meluangkan waktu secara konsisten,” ujarnya memberi semangat kepada talenta digital lainnya.

Baginya, bagian terbaik dari IDCamp adalah kesempatan berdiskusi langsung dengan fasilitator. Ia bisa membawa topik-topik baru yang tidak tercakup dalam modul, bahkan yang masih dalam tahap penelitian industri.

“Itu yang membuat setiap pertemuan menjadi sangat menarik dan membuka wawasan lebih luas,” katanya.

Ilmu dari IDCamp Membantu Handi Berkontribusi pada Negeri Melalui BMKG

Ilmu yang didapat Handi dari IDCamp tidak berhenti di ruang belajar. Filosofi “garbage in, garbage out” kini selalu ia pegang dalam memproses data kalibrasi. Ia lebih teliti menangani noise, pencilan (outlier), hingga anomali agar data yang masuk benar-benar bersih dan dapat menghasilkan output secara akurat.

Hal itu krusial ketika BMKG melakukan verifikasi alat pengamatan. Jika ada instrumen yang data keluarannya tidak akurat, dampaknya bisa fatal, mulai dari kesalahan prediksi cuaca hingga peringatan bencana yang tidak tepat waktu.

“Ilmu data science dari IDCamp membuat saya lebih peka terhadap kualitas data dan itu meningkatkan mutu layanan BMKG,” jelasnya.

Salah satu kelas yang paling berkesan baginya adalah Belajar Penerapan Data Science. Kelas ini, kata Handi, memberikan panduan best practice pengembangan inovasi berbasis data. Ia merasa lebih percaya diri untuk menginisiasi solusi berbasis data di lingkup pekerjaannya dengan harapan membawa dampak positif bagi layanan publik.

Kisah Handi adalah bukti bahwa keterbatasan bukanlah penghalang. Dari seorang anak petani dan buruh lepas di Kebumen, ia kini menjadi seorang teknisi kalibrasi di BMKG, membawa kontribusi besar bagi negeri. Semua itu tercapai berkat nilai keluarga, kerja keras, serta kesempatan belajar yang Handi peroleh melalui IDCamp.

Ke depan, ia berharap bisa terus mengembangkan keterampilannya dalam bidang data, sekaligus menginspirasi generasi muda dari latar belakang non-IT untuk berani mencoba.

“Teknologi bisa dipelajari siapa saja, yang paling penting adalah kemauan untuk terus berkembang,” pungkasnya.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.