mumtazah azma lulusan dts fga back-end 2022

Lintasi Bidang Ilmu setelah Ikut DTS FGA Back-End 2022

Cerita Mumtazah Azma Khaeruzzaman, Lulusan Fisika yang Bekerja sebagai Web Developer setelah Lulus dari Program DTS FGA Back-End 2022

“Percaya pada kemampuanmu, lalu tangguhlah dalam mempergunakannya.”
(Eleanor Rosalynn Carter, Ibu Negara Amerika Serikat 1977-1981)

Dulu, tak ada yang percaya pada kemampuan Mumtazah Azma Khaeruzzaman (24) selain dirinya sendiri. Meski merupakan seorang lulusan Fisika, Tasya―begitu ia dipanggil―bercita-cita untuk bisa berkarier di dunia teknologi karena ketertarikannya untuk dalami pemrograman selepas lulus. Sayangnya, saat itu, ayah Tasya sempat punya harapan lain. Ia ingin sang putri mengikuti jejaknya untuk bisa lanjutkan studi hingga S2.

Berada di persimpangan antara mewujudkan harapan orang tua atau mengejar mimpinya sendiri, akhirnya, Tasya mengambil sebuah keputusan. Namun keputusan yang Tasya ambil waktu itu belum cukup untuk membuktikan pada kedua orang tuanya bawa jalan yang ia ambil sudah tepat.

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Antara Harapan Orang Tua dan Mimpi yang Sempat Ada di Depan Mata

Tasya merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara. Ayahnya adalah seorang dosen di salah satu perguruan tinggi di Tangerang, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Bersama keluarganya, Tasya tinggal di Cirebon.

Saat Tasya menempuh studi sarjana, ia merantau ke Surakarta. Di Universitas Sebelas Maret, Tasya belajar di program studi Fisika. Rupanya jurusan satu ini memiliki mata kuliah yang berkaitan dengan pemrograman, yakni Fisika Komputasi. Ketika berkenalan dengan mata kuliah satu ini, ketertarikan Tasya terhadap dunia teknologi tumbuh.

Tertarik pada dunia teknologi, Tasya ingin bisa mendalami bidang ini suatu hari nanti. Oleh karenanya, saat Tasya mulai menulis skripsi, ia membahas tentang jaringan saraf tiruan yang masih berkaitan dengan pemrogaman. Mahasiswi Fisika ini berharap selepas lulus nanti bisa mulai berkarier di ranah teknologi dan informasi.

Tibalah waktu yang Tasya tunggu, yakni momen kelulusannya dari kampus. Saat itu, Tasya mengikuti jejak teman-temannya yang sama-sama membahas pemrograman dalam skripsi mereka, yakni mendaftarkan diri ke program Digital Talent Scholarship Fresh Graduate Academy 2021 (DTS FGA 2021). Mereka berharap bekal yang diberikan DTS tersebut dapat membantu mereka dalam memulai karier sebagai lulusan baru.

Ketika proses pendaftaran dimulai, Tasya terpaksa berhenti di tengah jalan. Ini karena orang tua Tasya menaruh harapan lain pada pundak putri keduanya. Mereka lebih ingin Tasya melanjutkan S2. Hal ini membuat Tasya hengkang dari proses seleksi DTS yang masih berlangsung. Antara harapan orang tua dan mimpinya yang sempat ada di depan mata, Tasya lebih memilih untuk membahagiakan kedua orang tuanya terlebih dahulu saat itu.

Program yang Bekali Ilmu Back-End dan Melatih Lulusan Baru tanpa Melihat Latar Belakang Pendidikan

Bakti Tasya kepada kedua orang tuanya dibuktikan dengan menjadi mahasiswi pascasarjana di program studi Fisika yang ada di salah satu perguruan tinggi ternama. Ia berusaha berikan yang terbaik di sana, tetapi pada kenyataannya, hati Tasya tidak berlabuh pada konsentrasi studi satu itu. Tasya berencana untuk berkarier sebagai talenta digital suatu hari nanti dan ia rasa, berkuliah S2 di jurusan Fisika bukanlah sesuatu yang benar-benar ia butuhkan.

Setelah berdiskusi dan mengungkapkan keinginannya pada orang tuanya secara bijak, Tasya memutuskan untuk berhenti kuliah. Ia merasa perlu membekali diri dengan ilmu teknologi dari berbagai program pelatihan. Maka, hal pertama yang Tasya lakukan saat itulah adalah mempelajari ilmu analisa data di sebuah wadah pembelajaran pemrograman.

Tak lama setelah masa belajar analisa datanya selesai, pengumuman pembukaan program DTS FGA 2022 dibuka. Ia ingat akan semangatnya untuk mengikuti program ini dulu. Terlebih, saat itu, ia mendapatkan kabar kelanjutan dari teman-temannya yang sesama lulusan Fisika dan telah lebih dulu ikut DTS, bahwa mereka kini telah bekerja di bidang teknologi.

“Melihat teman-teman saya sudah pada kerja, saya jadi mau daftar DTS lagi. Terlebih, DTS adalah program yang mau melatih lulusan baru yang masih buta soal dunia kerja mengenai pemrograman tanpa melihat latar belakang pendidikannya terlebih dahulu.”

Akhirnya, keputusan Tasya semakin bulat untuk mendaftarkan diri ke program DTS. Kali ini, Tasya berhasil menyelesaikan seluruh proses pendaftaran, hingga akhirnya diterima sebagai peserta untuk alur belajar Back-End Developer.

Lebih Percaya Diri untuk Berkarier di Dunia Teknologi setelah Belajar Back-End

Pada program DTS FGA 2022, Tasya menjatuhkan pilihannya pada alur belajar Back-End Developer. Selain karena Tasya ingin mempelajari hal baru selain Data Analytics, ia juga bercita-cita untuk menjadi seorang Web Developer. Dengan belajar Back-End Developer, Tasya optimis bisa menjadi talenta yang bisa membantu proses balik layar pembangunan sebuah situs.

Selama menjadi peserta alur belajar Back-End Developer, Tasya merasa berproses di DTS melatihnya untuk bisa disiplin dan mandiri dalam menentukan kecepatan belajar. Ia harus terbiasa memasang target sendiri. Namun, bagi Tasya, bagian paling menarik dari belajar di DTS adalah keberadaan tugas akhir yang bisa mengukur kemampuannya. Menurut Tasya, tugas akhir di DTS benar-benar bisa mengasah hasil belajar Tasya.

“Dari DTS, saya memperoleh dua hal. Pertama adalah ilmu-ilmu tentang pemrograman yang selama ini saya butuhkan. Kedua adalah kepercayaan diri untuk memulai karier di bidang IT.”

Sesuai dengan pernyataannya, selepas lulus DTS, Tasya bersemangat melamar kerja ke berbagai tempat. Motivasinya ini dilatarbelakangi oleh kedua orang tuanya yang masih mendorong Tasya untuk kembali melanjutkan S2. Oleh karena itu, Tasya bertekad untuk membuktikan pada kedua orang tuanya bahwa ia bisa segera mendapat kerja.

Berbekal sertifikat keikutsertaan DTS FGA Back-End 2022, Tasya melamar ke berbagai tempat sebagai seorang talenta teknologi. Usahanya berbuah manis saat ia mengikuti proses rekrutmen di sebuah perusahaan konsultan teknologi di Jakarta atas rekomendasi temannya. Ilmu yang Tasya peroleh dari DTS mengantarkannya untuk berhasil melewati berbagai tahapan seleksi, hingga akhirnya ia resmi menjadi seorang Junior Web Developer di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konsultasi IT.

Lewat profesinya kini, Tasya bertanggung jawab untuk membuat website klien dari awal dan mengelola atau merombak website klien yang sudah ada.

“Jangan Menyerah sebelum Mencoba”

Bekerja di sebuah perusahaan konsultan teknologi memberikan tantangan baru bagi Tasya. Sebagai seorang Web Developer, ia tidak hanya harus menguasai ilmu Back-End Development, tetapi juga dituntut untuk punya wawasan tentang Front-End Development. Tasya yang terbiasa melatih diri dengan ilmu baru selama belajar di DTS merasa tantangan kerja ini sanggup ia taklukan.

Selama melaksanakan tugasnya sebagai Junior Web Developer, Tasya merasa sangat terbantu dengan ilmu Back-End yang sudah ia peroleh dari DTS. Selain itu, kedisiplinannya dalam belajar di DTS juga membantunya saat harus belajar Front-End dari nol.

“Saya tidak gentar hadapi tantangan karena saya punya moto ‘Make it easy, but don’t take it easy.’ Anggaplah suatu tantangan sebagai hal yang mudah, tapi jangan pernah menyepelekannya.”

Moto inilah yang senantiasa menemani Tasya selama belajar di DTS FGA Back-End 2022, hingga akhirnya lulus, berani melamar pekerjaan di bidang teknologi, dan akhirnya menjadi seorang Web Developer. Tidak ada yang lebih membuat Tasya bangga selain bisa membuktikan kepada kedua orang tuanya bahwa pilihan hidupnya adalah tepat.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.