Jadi Developer Harus Berani Keluar Zona Nyaman: Cerita Developer Lulusan Program Beasiswa AWS

Saat karir sudah bertahun lamanya dan sampai di titik mapan, kita kerap menyebutnya “zona nyaman.” Banyak yang mendamba. Hidup terasa lebih tenang, tertata, dan menjanjikan kemapanan.

Itulah persisnya yang dirasakan oleh Ahmad Saepulloh setelah 8 tahun menapaki karir sebagai  System Analyst dan Senior Programmer di sebuah software house bereputasi. “Ini waktu yang paling nyaman dalam hidup saya,” ujarnya dulu. Ayah dari 2 orang anak ini pun merasa pekerjaannya cukup menghidupi keluarga.

Tapi lantas ia tersadar bahwa di usianya yang bukan twenty something lagi, ia masih berkutat stack teknologi dan tanggung jawab yang sama. Rekan sejawat, bahkan juniornya sudah menjadi CEO, CTO, bahkan memiliki perusahaan rintisan sendiri. Sementara dirinya, meski pekerjaannya relatif baik, merasa personal-growth nya kurang berkembang. 

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

“Saat saya terlena menikmati zona nyaman, junior saya saja, sudah melesat, berlari dengan kencang meninggalkan saya. Saya mempertanyakan dan meragukan diri sendiri:  apakah kompetensi saya hari ini akan terus relevan? Di situ saya sadar kalau saya harus berubah. Harus menguasai keahlian baru.”
(Ahmad Saepulloh)

Menguasai Cloud sebagai Keahlian Baru  

Sejak di dunia programming, ia banyak bergelut dengan solusi aplikasi, testing, dan membangun sistem informasi berorientasi client. Pada 2013, mulai dilibatkan dengan projek data warehouse, data migration, dan dashboard reporting. Ia dan tim hanya menggunakan data warehouse tradisional dengan solusi database relasional di lingkungan on-premise. Saat itu, solusi ini merupakan yang paling stabil dan bisa perusahaan andalkan dalam mengambil keputusan berdasarkan data. Teknologi seperti big data, cloud, data streaming dan machine learning masih asing. Di fase inilah Ahmad mulai mengenal dan coba mendalami pekerjaan di bidang data.

Tugas itu  membuatnya paham bahwa untuk membuat sebuah solusi yang andal, diperlukan eksplorasi bidang data yang kuat. Cloud yang beberapa tahun ini menjadi hype, jadi salah satu pilihannya mengembangkan diri.

Keluar dari zona nyaman, Ahmad mantap ingin meraih peluang masa depan dengan menguasai keahlian baru -big data dan cloud. Ia memulainya dengan memfokuskan diri pada Python. Sebagai bukti keseriusannya, dalam kurun waktu kurang dari setahun, 6 sertifikasi di bidang python dan cloud telah didapatnya dari hasil belajar online. 

Kompetensi Baru untuk Profesi Baru

Saat kita berusaha, maka kesempatan untuk maju pun terbuka. Niat keluar dari zona nyaman dengan belajar dan mengembangkan diri di bidang ilmu yang semula asing, terbayar dengan peluang kerja baru. 

Tak tanggung – tanggung, Januari 2020 Ahmad dipercaya DANA sebagai Data Quality Engineer. Tugasnya, memastikan kualitas data di lingkungan big data yang ia kelola memenuhi standar operasi dan business use-cases yang spesifik. Sebuah tugas yang menantang baginya, yang semula banyak terlibat dalam solusi aplikasi dan pengolahan data berbasis relasional. Tapi beruntung, dengan pengalaman, etos kerja, dan growth mindset yang baik, Ahmad tidak merasa kewalahan. Sebaliknya, ia merasa mendapat tantangan yang ia idam-idamkan sejak lama. 

Di dalam dan luar fintech tempatnya bekerja Ahmad memang gemar mengikuti pelatihan bersertifikasi online.  Di awal 2021 ia mendapatkan informasi mengenai program pelatihan cloud dan back-end dari salah satu provider cloud, yaitu Amazon Web Service. Setelah membaca deskripsi program Beasiswa AWS yang bekerja sama dengan Dicoding ini, ia sangat tertarik untuk mendaftar. 

Di sela -sela kesibukannya bekerja, engineer asal Bandung ini selalu menyempatkan dirinya untuk “menjemput ilmu” -begitu katanya. Ia ingin membekali ilmu dasar yang kuat mengenai AWS sehingga nanti saat perusahaannya menggunakan teknologi tersebut, ia mampu menjadi lead untuk rekan-rekannya yang lain.  

Faktanya, ia menghabiskan lebih dari 50 jam di luar jam kerjanya untuk belajar. Misinya jelas: menuntaskan 2 kelas yang diberikan secara gratis oleh AWS, yaitu  Belajar Dasar AWS Cloud dan Membangun Arsitektur Cloud di AWS. Kelas ini menyediakan kurikulum dengan standar kompetensi internasional milik AWS. Sehingga, engineer sepertinya siap untuk melangkah ke jenjang lebih tinggi dalam cloud computing, seperti menjadi seorang AWS Solutions Architect. 

Menarik, bukan? Mari kita simak pengalaman belajar Ahmad di kelas ini:

“Saya sangat puas belajar di kelas beasiswa dari AWS ini. Kualitas materi kelasnya sangat bagus. Kurikulumnya penting alias relevan untuk profesi saya saat ini sebagai seorang Data Quality Engineer.
Dari pengalaman di sini saya juga belajar bahwa dengan adanya teknologi cloud kita bisa sangat terbantu dalam mengembangkan sebuah aplikasi. Infrastruktur pun dapat dikelola dengan mudah dan murah dibandingkan dengan membangun infra dan data center sendiri. Hasilnya, kita pun bisa lebih fokus pada bisnis model yang akan dijalankan.” (Ahmad) 

Belajar yang Memotivasi

Bagaimana Ahmad bisa menemukan waktu untuk belajar di kelas AWS, sementara ia memiliki pekerjaan dan tanggung jawab sebagai kepala keluarga? 

“Tentu menantang!” jawabnya terkekeh, Ia memaksakan diri untuk bangun lebih awal, dan membuka laptopnya di akhir pekan. Tapi saat sang anak sedang minta perhatian, ia kesampingkan gawainya. Saat letih, mandeg, ataupun jenuh dengan tugas dari Dicoding, ia coba mengingat-ingat kembali alasannya mengembangkan diri:  “Di antaranya, saya ingin membawa keluarga ke taraf kehidupan yang lebih baik,” ujarnya tersenyum. 

Meski tak mudah, Ahmad mantap menyebutkan bahwa sebagai seorang profesional, kita harus berani bereksplorasi lebih jauh dan lebih dalam dalam belajar. Dalam dunia teknologi, mau tidak mau kita harus berani keluar dari zona nyaman. Terus update pengetahuan dan upgrade keahlian yang sudah dimiliki, adalah kunci untuk maju. 

Faktanya, Program Beasiswa dari AWS sudah menjadi salah satu bantuan terbesar bagi Ahmad untuk mendapatkan pengetahuan di bidang keahlian yang ia idam-idamkan: cloud.  Dengan mendapat kelas beasiswa ini ia mengaku mendapat pemahaman yang jelas. Ia pun merasakan langsung bagaimana menggunakan teknologi cloud AWS yang tepat guna. Belajar kurikulum AWS telah mengubah asumsi lamanya yang sebelumnya menganggap bahwa cloud itu sulit, ternyata mudah!  

Dari Ahmad kita belajar, bahwa jadi developer harus berani keluar dari zona nyaman. Bidang keahlian yang dulu kita anggap asing dan sulit, ternyata bisa dipelajari dan menjanjikan karir yang lebih baik. 

Buat kamu yang ingin mengikuti langkah Ahmad belajar cloud, ayo daftar Cloud and Back-End Developer Scholarship Program dari AWS. Kurikulum dunia berstandar AWS dan peluang karir yang lebih baik, dalam genggaman. 

GRATIS!  Daftar di sini. 


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.