Cerita Reza Octa Fahlevi Lulusan Program Intensif Dicoding
Di tengah jadwal belajar yang intens, nahas laptop Reza Octa Fahlevi (23) mendadak tidak menyala saat memasuki sesi materi DevOps dalam salah satu program intensif Dicoding. Tak mau ketinggalan materi sepenting itu, Reza menjangkau seluruh teman-temannya demi bisa meminjam laptop.
Laptop mendadak rusak bukan hanya satu-satunya kesulitan yang Reza hadapi saat belajar teknologi. Tak terhitung berapa kali dia begadang di tengah malam, menghabiskan waktu untuk codingan yang tak kunjung beres.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangTerlebih lagi, Reza yang sebelumnya tidak memiliki ketertarikan sama sekali pada teknologi informasi (IT), merasa berat menjalani perkuliahan. Sebagai mahasiswa informatika, tentunya ia tak lepas dari pemrograman hampir setiap hari. Namun, kini, Reza justru menjadi seorang QA Engineer yang mendapat tanggung jawab untuk menangani Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bahkan, penawaran kerja tersebut datang sebelum dia wisuda.
Bagi kamu yang saat ini merasa seperti Reza, tidak tertarik dunia IT tapi terlanjur ‘nyemplung’, kisah ini bisa menjadi bukti bahwa passion bisa tumbuh dari keterpaksaan. Selain itu, seiring waktu, ia pun memungkinkan untuk menghasilkan buah yang manis di akhir.
Penasaran bagaimana cara Reza menumbuhkan passion-nya pada dunia IT? Simak kisahnya di bawah ini!
Terjun ke Dunia Teknologi Berkat Dorongan Kedua Orang Tuanya
Sebagai anak pertama dari dua bersaudara, Reza Octa Fahlevi (23) dibesarkan dengan nilai-nilai moral yang masih sangat kental. Terlebih profesi kedua orang tuanya turut memengaruhi pola asuh Reza di rumah. Memiliki ayah seorang TNI dan ibu yang berprofesi sebagai guru menjadikan Reza terbiasa hidup disiplin, bertanggung jawab, dan mengedepankan kerja keras.

Keputusannya masuk ke dunia teknologi juga atas dukungan orang tua yang mengarahkannya. Meskipun Reza tidak menemukan passion-nya saat awal masuk jurusan Informatika, ternyata nilai-nilai moral yang orang tuanya terapkan berhasil membuat Reza teguh menyelesaikan studinya hingga lulus menjadi sarjana komputer di Universitas Jember. Kedisiplinan, kerja keras, dan tanggung jawab Reza membuatnya berhasil lulus dengan IPK 3.71.
“Waktu SMA sebenarnya saya kurang tertarik dengan dunia teknologi, tapi kedua orang tua memberikan masukan untuk mengambil jurusan Informatika,” ujar Reza.
Perjuangan Menumbuhkan Passion: Ikut Program Intensif di Dicoding untuk “Memaksa Diri Sendiri”
Sejak SMA, Reza tidak pernah terpikir mau masuk kuliah jurusan IT. Namun, karena sudah terlanjur masuk, dia tahu harus mencoba hal baru ini. Awal kuliah adalah pertama kalinya ia mengetahui apa itu bahasa pemrograman dan AI. Sejak tahun 2021, Reza bekerja keras tidak berhenti mengulik mengenai bahasa pemrograman dan AI. Tak sedikit juga malam yang dia habiskan untuk begadang melakukan pemrograman, terutama saat ada proyek akhir.
Akhirnya, dia menyadari bahwa memahami coding tidak cukup hanya dari kuliah. Dia perlu lebih banyak materi teknis dan mentor untuk me-review hasil coding-nya. Di situlah dia menemukan Dicoding dan tertarik dengan materi pembelajarannya. Saat itu, Dicoding membuka dua learning path untuk salah satu program intensifnya, yakni Front-End Web & Back-End, dan Full-Stack. Reza pun memilih program belajar Full-Stack selama 4 bulan.
Setelah masuk, Reza menemukan banyak materi teknis yang menurutnya sulit karena dia belum memahami hal itu sebelumnya. Seperti saat sesi materi DevOps menggunakan Docker dan Jenkins. Namun, dengan bantuan mentor, ia bisa menyelesaikan kelasnya mulai dari materi dasar sampai materi mahir.
“Mentor-mentornya Dicoding sangat baik dan humoris. Belajar di sini sangat membekas bagi saya dan momen belajarnya tidak bisa saya lupakan,” ujar Reza.
Progress Belajarnya Lebih Cepat Dibanding Teman Sebaya, Reza Diangkat Sebagai Peer Tutor dan Menjadi Role Model
Selama menjadi siswa program intensif di Dicoding, Reza menunjukkan progress belajar yang sangat cepat dibandingkan dengan teman sebayanya di kelas. Melihat kemampuannya yang di atas rata-rata, Reza kemudian diangkat sebagai peer tutor untuk menjadi role model dan berbagi wawasan dengan rekan lain yang mengalami kesulitan. Anak yang mulanya tidak memiliki passion di dunia teknologi tersebut pada akhirnya malah bersinar dan bisa membagikan ilmunya kepada orang lain.
Tentu perjuangan Reza menjadi bersinar bukanlah hasil satu malam. Dia yang sudah “memaksa dirinya” ikut salah satu program intensif di Dicoding ternyata menemukan manfaat lain dari program tersebut selain materi teknis. Lewat program ini, dia dikenalkan pada teknik pomodoro yang diajarkan dalam kelas soft skills.
Teknik pomodoro adalah metode manajemen waktu yang membagi proporsi pekerjaan berdasarkan interval dan waktu istirahat. Setiap interval fokus selama 25 menit harus diselingi dengan sesi istirahat selama 5 menit. Ternyata teknik pomodoro ini diterapkan oleh Reza dan sukses membuatnya bisa menjaga fokus saat coding dan belajar.
Pada akhirnya, teknik pomodoro yang dikenalkan Dicoding kepada Reza menjadi salah satu faktor tambahan yang membantu menumbuhkan minat Reza pada dunia IT. Sekarang, dia bisa lebih tahan fokus berjam-jam mengulik dunia pemrograman.

Soft Skills dari Dicoding Membantunya Menjadi QA Engineer Profesional
Belum sampai toga Universitas Jember ke rumahnya, Reza sudah lebih dulu menerima offering letter sebagai QA Engineer di NTT Data Technology Indonesia. Dengan kemampuan belajarnya yang cepat, Reza bahkan ditugaskan mengambil peran sebagai QA Engineer khusus untuk menangani salah satu perusahaan BUMN, yaitu Bank Mandiri.
Meskipun sudah bekerja meng-handle BUMN, Reza tetap merasakan pentingnya teknik pomodoro ini. Hingga kini, dia masih menerapkannya saat melakukan kegiatan test script berupa test planning, test case, dan test skenario sebagai QA Engineer.
Selain teknik pomodoro yang diajarkan Dicoding dalam kelas soft skills, Reza juga merasakan peningkatan lain setelah menamatkan kelas itu. Dari kelas tersebut, Reza belajar bagaimana mengumpulkan keberanian untuk menyampaikan pendapat dan yakin kepada diri sendiri.
“Dicoding berpengaruh untuk pekerjaan saya sebagai QA Engineer, terutama dalam hal keberanian menyatakan pendapat dan yakin sama diri sendiri,” ujar Reza.

Passion Sudah Terbentuk, Karier Sudah Ada: “Semua Terjadi karena Saya Menghargai Proses”
Setelah berhasil menumbuhkan passion-nya dan menapaki awal karier di dunia teknologi, kini, Reza memiliki satu mimpi lagi yang belum dia capai. Dia ingin menyelami teknologi lebih dalam lewat studi S2 dan ingin menghasilkan penelitian yang bisa bermanfaat bagi masyarakat.
Misi ini memang bukan target jangka pendek bagi Reza, karena saat ini, dia masih menikmati awal kariernya sebagai QA Engineer yang menangani Bank Mandiri. Namun dia tahu, misinya akan dapat ia raih suatu saat nanti, sama seperti mimpinya dahulu menumbuhkan passion di bidang IT. Dia sangat menghargai proses.
Pesan terakhir, Reza ingin lebih banyak talenta digital bisa menghargai proses, terutama untuk mereka yang saat ini masih kebingungan di dunia IT dan merasa terombang-ambing, seperti dirinya dulu.
“Setiap orang punya prosesnya masing-masing. Jangan minder kalau usahamu belum membuahkan hasil. Coba hal baru, jalani dengan semangat, dan ikhlas karena apa pun perlu proses,” tutup Reza.
